SEMARANG (jatengtoday.com) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang mengakui pekerjaan rumah (PR) Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terkait revitalisasi kawasan cagar budaya Kota Lama Semarang masih banyak yang belum terselesaikan.
Upaya menjadikan kawasan Kota Lama menjadi living heritage yang diakui dunia perlu perjuangan keras. Tidak hanya sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga menghidupkan aktivitas budaya, sejarah, pendidikan, sekaligus bernilai sosial dan komersial dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Tentu itu tidak mudah. Belakangan, kawasan Kota Tua Jakarta pun ditolak oleh UNESCO sebagai kawasan World Heritage. Sehingga Semarang harus lebih memersiapkan secara detil.
“PR Pemkot Semarang masih banyak,” kata Supriyadi, Jumat (6/7).
Selain infrastruktur jalan, drainase, ruang terbuka hijau serta street furniture, polder, hingga penataan kabel bawah tanah atau ducting, masih ada pekerjaan lain yakni menghidupkan sebanyak 116 gedung bangunan cagar budaya di kawasan Kota Lama.
Tentu ini bukan pekerjaan mudah. Pasalnya, sebagian bangunan gedung belum diketahui siapa pemiliknya. Setelah diketahui pemiliknya pun harus bisa mengajak pemilik gedung untuk merenovasi gedung tersebut agar bisa bermanfaat.
“Kami berharap agar sesegera mungkin Pemkot Semarang bisa mengomunikasikan dengan para pemilik gedung yang belum melakukan restorasi,” katanya.
Supriyadi juga berharap agar para pemilik gedung peduli dengan upaya yang dilakukan Pemkot Semarang dan Pemerintah Pusat. Karena revitalisasi Kota Lama ini menghabiskan anggaran tidak sedikit. “Pembangunan infrastruktur sudah berjalan agar lebih layak dikunjungi, maka kesadaran pemilik gedung juga harus bisa menyesuaikan. Pemilik bangunan harusnya merespon semangatnya pemerintah,” katanya.
Apabila ditemui kendala, ia meminta hal itu bisa dikomunikasikan dengan Pemkot Semarang. “Jangan diam saja, karena akan sia-sia, pemerintah sudah mengeluarkan anggaran banyak, tapi tidak diimbangi dengan merenovasi gedung cagar budaya sekaligus menghidupkannya,” kata Supriyadi.
Selain itu, penghijauan di Kota Lama perlu dilakukan penambahan. Sejauh ini Kota Lama cenderung kondusif dikunjungi sore hingga malam hari. Sedangkan ketika siang hari, suasana di Kota Lama sangat panas karena minimnya penghijauan. Tentunya penghijauan yang tanpa mengganggu keberadaan bangunan cagar budaya.
“Sejauh ini Kota Lama masih sangat panas dan berdebu, penghijauannya sangat kurang,” katanya. (abdul mughis)
editor : ricky fitriyanto