Pernah dengar tentang “problem troli”?
Sering dipakai untuk menguji pilihan tindakan, sehingga orang bisa melihat cara kamu mengambil keputusan dan mengukur seberapa egois kamu dalam kerja tim.
Problem Troli Asli
Sebuah troli sedang melaju ke arah 5 orang [yang tak-berdaya]. Kamu bisa tarik tuas untuk alihkan troli itu ke jalur lain — dan membunuh 1 orang. Apa yang akan kamu lakukan?
“Problem Troli” adalah eksperimen pemikiran yang pertama kali dirancang oleh filsuf moral Masalah ini dirancang seorang profesor Oxford, bernama Philippa Foot pada tahun 1967, dalam “The Problem of Abortion and the Doctrine of the Double Effect“.
Deskripsi Problem Trolley
Kita perlu deskripsi seperti apa “problem trolley”, agar konteks bisa kita perluas dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Problem troli” memiliki fitur berikut ini:
- Pilihan dilematis. Setidaknya, 2 pilihan.
- Berada di ketegangan antara sikap utilitarian dan deontologi.
- Memikirkan konsekuensi suatu tindakan, dari sudut pandang etis.
- Pertanyaan dalam problem troli memang dibingkai untuk menjadi dilema dalam membuat keputusan.
Gambaran Visual “Problem Troli”
Kalau mau lihat seperti apa “problem troli” secara visual, buka ini:
Absurd Trolley Problems
https://neal.fun/absurd-trolley-problems/
Ada 64 kuis “problem troli” di Neal Fun yang bisa membuatmu menyadari sedang berada dalam dilema etis.

Mana pilihan kamu? Kamu tidak harus menjawab. Kita akan jelajahi versi jawaban yang “mungkin” untuk “problem troli”.
Jawaban untuk “Problem Troli” Versi Utilitarian dan Deontologis
Setidaknya, ada 2 pilihan orang ketika menjawab “problem troli”. Ada yang memilih memilih mengorbankan sedikit orang, demi menyelamatkan banyak orang, ada juga yang memilih untuk tidak membunuh siapapun.
“Problem Troli” berisi ketegangan dilema etis antara perspektif utilitarian dan deontologis.
Utilitarian berpikiran bahwa pilihan tindakan paling tepat jika tindakan itu mencapai kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar. Jika “membunuh” atau mengabaikan nasib 200 orang bisa menyelamatkan 3000 orang, maka yang terakhir lebih penting dilakukan.
Sedangkan perspektif deontologis menegaskan, kalau tindakan tertentu, seperti membunuh orang tak bersalah, tetaplah salah, sekalipun memiliki konsekuensi baik. Kalau diterapkan di “problem troli”, utilitarian akan memilih “korbankan 1 orang demi 5 orang”, sedangkan perspektif deontologis tidak akan memilih membunuh siapapun yang tidak bersalah.
Landasan teori tentang pilihan ini, bisa kita baca dalam “the Unbearable Automaticity of Being“, di Jurnal American Psychological Association (APA).
Jawaban “Problem Troli”
Spoiler: Tidak ada jawaban “benar” untuk “Problem Troli”.
Intinya bukan apa jawabannya, melainkan “mengapa” kamu pilih jawaban itu.
Philippa Foot, pencipta “problem troli”, cenderung memilih skenario “membunuh 1 pekerja untuk selamatkan 5 nyawa”.
Foot memilih jawaban ini, sebagai pilihan moral, untuk membedakan antara “tugas positif” (kewajiban aktif untuk berbuat baik, dalam hal ini: “menyelamatkan nyawa”) dan “tugas negatif” (menahan diri untuk tidak merugikan orang lain).
Tugas negatif itu lebih mendesak dibandingkan tugas positif.
Pengemudi troli, dalam “problem troli” berada dalam dilema moral yang mengutamakan “tugas negatif” sehingga dia berada dalam pertanyaan: “Tugas saya untuk tidak membunuh 1 orang ataukah untuk tidak membunuh 5 orang?”. Ini sebenarnya pilihan 2 tugas negatif sekaligus.
Thomson, yang mengembangkan “problem troli” mengkritik, bahwa membunuh 1 orang, bagaimanapun, akan menciptakan ancaman baru (masalah lain) dan secara moral tidak bisa dibenarkan.
“Problem Troli” Selalu dalam Bingkai
Itu sebabnya pertanyaan “problem troli” selalu dirancang untuk mengetahui filsafat moral seseorang dan bagaimana pandangan hidupnya tentang tindakan.
“Problem Troli” adalah masalah yang didesain untuk memperlihatkan dilema moral, di mana jawaban apapun akan berada di 2 sudut-pandang, antara utilitarian dan deontologis.
“Problem Troli” memprovokasi pikiran, menciptakan wacana intelektual, dan menjadi jembatan untuk mengulas filsafat etika tentang pilihan tindakan manusia.
“Problem Troli” membingkai masalah 2 pilihan, untuk menunjukkan keterbatasan manusia sebagai agen (pelaku tindakan). Yang selalu menjadi masalah dalam tindakan, sering bukan apa hasilnya, melainkan “mengapa” kita memilih tindakan itu.
“Problem Troli” dalam Kehidupan
Yang menarik, jika kita lihat perluasan dan turunan dari “problem troli” dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering berada dalam dilema pilihan tindakan.
“Problem Troli” lebih kompleks jika konteks masalah kita perluas. Dalam kehidupan, pilihan tidak selalu semudah kuis filsafat. Kita bisa lihat, bagaimana sebenarnya banyak sekali “problem troli” dalam kehidupan.
Bayangkan jika sekarang masalah ini dikembangkan dan dibingkai menjadi lebih berhubungan dengan orang banyak dan “kamu”.
Sebuah troli di persimpangan. Sebelah kiri, ada harta benda berharga yang sudah kamu tabung seumur hidup, sedangkan di jalur sebelah kanan ada 5 orang yang tidak kamu kenal dan sepertinya mereka jahat, yang bisa mati terlindas troli. Jika kamu menjadi pengendali jalur, kamu pilih mengarahkan troli ke jalur kiri atau jalur kanan?
Sekarang, kasus lain. Kamu menjadi satu-satunya orang saat ini, yang bisa mencegah suatu bencana terjadi, jika kamu berkorban (itu artinya, korban nyawa kamu) dan menyelamatkan ribuan orang. Kamu memilih berkorban atau menyelamatkan dirimu sendiri?
Kamu menyaksikan kawanmu melakukan kejahatan. Kamu akan laporkan kejahatan itu, ataukah memilih diam?
Ada suatu penelitian rekayasa genetika, dengan tujuan menemukan obat untuk menyembuhkan cacat berupa buta sejak lahir. Mereka yang terlahir buta, bisa disembuhkan dengan sekali suntikan. Penelitian ini membutuhkan ratusan orang untuk diujicoba sampai berhasil. Dalam ujicoba ini, kemungkinan gagal dapat membuat para peserta mengalami penyimpangan genetis. Kamu setuju penelitian ini atau tidak?
Kamu sedang bertanggung jawab pada suatu project pembuatan jalan tol yang menghubungkan 2 propinsi. Ada 1 desa yang tidak mau dilewati dan tidak mau diberi ganti-rugi, berapapun jumlah yang ditawarkan. Jalan ini diperlukan dan bisa menghemat biaya, waktu, dan memajukan perekonomian negara. Deadline sudah dekat. Mana yang kamu pilih: menyingkirkan 1 desa itu atau tidak jadi membangun jalan dengan kerugian di atas 1 trilyun?
Kita sering berada dalam “problem troli” atau melihat orang sedang mengalami “problem troli”. Yang tidak sederhana. Jauh lebih kompleks. Itu membuat kita sadar, sedang dalam dilema etis.
Pikirkan “problem troli” ketika.. Kamu mendengar berita tentang “ganti rugi”. Kamu mendengar pacarmu berkata, “Aku akan berkorban dan lakukan apapun untukmu”.
Pada dasarnya, hampir semua orang berbohong untuk pertahanan diri dan riset neurosains membuktikan: pikiran manusia dirancang untuk egois.
Cobalah lihat tindakanmu hari ini. Baca berita. Lihat kembali dilema yang pernah terjadi padamu (di mana ada 2 pilihan sulit dan harus mengorbankan salah satu). Begitu banyak “problem troli” dalam kehidupan. [dm]