SEMARANG (jatengtoday.com) – Turunnya harga BBM antara Rp 50-Rp 800 per liter, tidak banyak berpengaruh pada ongkos produksi. Sebab, nyaris semua industri besar di Jateng tidak lagi menggunakan BBM untuk mendukung kinerja produksi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Frans Kongi menuturkan, penurunan harga BBM tidak memberikan pengaruh apapun terhadap dunia usaha. Para pengusaha lebih memilih menggunakan batubara atau gas sebagai bahan bakar untuk aktivitas produksinya. Sebab, mampu menghemat hingga 50 persen untuk biaya produksinya.
“Kalau untuk dunia usaha itu di sektor manufaktur, terus terang tidak ada pengaruhnya. Karena, kita tidak pakai BBM sudah sejak lama. Mungkin sudah 20 tahun lebih, kita ganti dengan batubara. Batubara itu jauh lebih murah dibanding BBM. Selain batubara, kita juga pakai gas,” ucapnya, Selasa (12/2/2019).
Menurut dia, turunnya harga BBM sangat disambut masyarakat umum. Tapi, perlu diketahui, harga BBM memang fluktuatif karena tergantung pada harga pasar minyak dunia.
“Tentu, harga BBM yang turun saat ini paling senang adalah masyarakat banyak. Masyarakat yang paling diuntungkan,” jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah menurunkan harga BBM menyusul penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Selain itu, faktor lainnya adalah penurunan harga minyak dunia beberapa waktu lalu. (*)
editor : ricky fitriyanto