in

Mengatasi Kecemasan Waktu

Pertanyaan yang bisa membuatmu mengalahkan kecemasan waktu.

“Belum terlambat.”. Itu jawaban saya, kalau ada pertanyaan tentang orang yang mau belajar.

Saya membaca Horizon dan buku-buku sastra sejak tahun 1990-an, namun baru menulis puisi tahun 1999. Saya bisa desain grafis dan menulis artikel, sebelum tahun 2000, namun baru menjadi penulis profesional di tahun 2012. Semua itu saya lakukan secara sengaja.

Saya tidak mengalami kecemasan waktu, karena, saya lebih dahulu mengurus sistem kreatif, sebelum menekuni suatu kreativitas. Belum terlambat.

“Kecemasan waktu” (time anxiety), menjadi pemblokir kreativitas.

“Orang tidak menjadi tawanan nasib, melainkan menjadi tawanan pikiran mereka sendiri.” (Franklin D. Roosevelt)

“Kecemasan waktu” (time anxiety). Bentuknya, takut kehabisan waktu. Takut membuang waktu. Ingin menghabiskan waktu dengan aktivitas penuh-arti. Terburu-buru, mungkin karena orang lain sudah memulai, sebelum menyiapkan semuanya — kemudian gagal di tengah jalan. Terjebak dalam logika “bagaimana jika..”. Takut waktu yang tidak bisa kembali.

Menurut Alex Lickerman, penulis buku The Undefantly Mind: on the Science of Constructing an Indestructible Self, kecemasan waktu berasal dari pertanyaan berikut:

Apakah saya menciptakan nilai terbesar dalam hidup saya? Apakah saya lebih banyak menghabiskan waktu secara sembrono?

Kecemasan waktu bukan berarti kamu disetir kekuatan luar. Yang sering terjadi: kesejahteraan kamu lebih ditentukan pentingnya nilai yang kamu rasakan.

Optimasi berlebihan dapat menghalangi kamu menciptakan nilai terbanyak dalam hidup.

Bagaimana cara mengalahkan kecemasan waktu?

Fokus dari “outcome” (hasil) ke “output” (keluaran). Dari Outcome ke Output

Definisikan apa arti “waktu yang dihabiskan dengan baik” menurutmu.

Bagaimana perasaanmu ketika #sedang kreatif? Apakah ketika menulis (misalnya) itu merupakan panggilan kreatif dan memenuhi kebutuhan mental?

Jangan pikirkan “masa depan” bernama kebanggaan, pujian, atau temu-pembaca. Temukan apa kata hatimu.

Buatlah daftar berisi aktivitas yang bernilai bagi dirimu sendiri.

Berikan ruang untuk menciptakan moment. Jangan berikan waktu, karena kamu tidak punya waktu.

Contohnya, kalau biasanya kamu lewat Rute A, ketika pergi ke kantor, cobalah melewati Rute B. Ini sama dengan menciptakan ruang untuk moment.

Kalau ruang berubah, secara otomatis moment akan berubah.

Jagalah moment, maka aktivitas akan tercipta dengan sendirinya.

Hapus gangguan yang menghabiskan waktu. Media sosial. Notifikasi. Iklan. Bukan menghapus keberadaannya, tetapi hapuslah kendalinya. [dm]