SOLO (jatengtoday.com) – Seblak sampur langen mataya Maestro Tari Yoyok Bambang Priyambodo dalam menyikapi gerak tubuh selama 24 jam yang bertema Imagie Sinergi dan Relasi pada perayaan World Dance Day ke-17 tanggal 29 April 2023 di ISI Surakarta.
Pagi pukul 05.30 WIB prosesi perayaan diawali dengan penampilan Koreografi oleh Mahasiswa Jurusan Tari semester IV, Umbul Donga dan Pembacaan Doa oleh Dosen ISI Surakata, sambutan Rektor ISI Surakarta Dr. I Nyoman Sukerna.
Pengalungan bunga kepada Penari 24 jam dilanjut pemukulan gong tepat pada pukul 06.00 WIB sebagai tanda dimulainya World Dance Day ke-17 24 Jam Menari.
Penampilan sebagian ragam gerak Tari Sarporodra karya Almh. Saryuni Padminingsih dan Koreografi Mahasiswa Jurusan Tari semester IV disajikan dalam mengawali World Dance Day ke-17 24 Jam Menari, pembawa acara memperkenalkan para Penari 24 jam yakni Suji Haryanto dari Bateng Art Community Kota Bangka Belitung, Bambang Priyambodo yang akrab di panggil Yoyok dan biasa disapa Mas Yok dari Sanggar Greget Semarang, Erwin Mardiansyah dari Institut Seni Budaya Indonesia Bandung Jawa Barat, Baltazar Oka Reskir dari SMP N 32 Tangerang dan Romo Andreas Adhi Prasetyo dari Paguyuban Seni Biji Sesawi Art Banyuwangi.
Masing-masing penari memperagakan sebagian gerak tari karyanya dan Mas Yok memperagakan sebagian Gerak Tari Pasuryan lengkap dengan topeng keemasan menempel diwajahnya yang merupakan ciri khas dari Tari Pasuryan karyanya  yang  pernah dipentaskan pada acara Tidak Sekedar Tari di Pendhapa Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah tanggal 7 Desember 2022.
Sejenak kaki Mas Yok perlahan meninggalkan Halaman Rektorat dengan Gerak Lumaksono Putra Alus yang diselingi gerak tangan sekaran lembehan, Ulap Tawing menelusuri sepanjang Jalan Punk Rock menuju Teater Kecil bergabung dengan para Cantrik yang diasuhnya sebagai Penari dan Tim Produksi Sanggar Greget yang dikomandani oleh putri sulungnya Sangghita Anjali untuk mementaskan Tari Pandanaran Nyai Brintik, yaitu repertoar tari karya terbaru Maestro Tari Yoyok Bambang Priyambodo yang memang disusun khusus untuk perayaan World Dance Day ke-17.
Dalam sajian karya Tari tersebut terdapat adegan yang istimewa yaitu ketika Mas Yok yang berperan sebagai Sunan Kalijaga bergerak duet dengan putra ke-2 nya Canadian Mahendra yang berperan sebagai Ki Ageng Pandanaran sekaligus sebagai Penata Iringan/ Musik karya Tari tersebut bersama dengan Tim Musik Sanggar Greget diantaranya Darsono, Akbar, Farel, Ikhsan, Radma, Tasa dan Andina. Perpaduan gerak antara Mas Yok dan Canadian Mahendra menjadi inspirasi bahwa keduanya tidak merasa canggung, tanjak kaki dan kalang kinatang tangannya pun sangat rampak dan serasi.
Balutan busana dan rias para penari yang ditata oleh istri Sang Maestro yaitu Tri Narimastuti bersama putri ke-3 nya Ratu Gayatri terlihat eksotis dan glamor pada saat pementasan.
Kemudian gerak ukel, kambeng serta bapang mengiringi langkah Mas Yok menuju Lobby Teater Kecil menari bersama dengan Para Tokoh Seniman Budayawan diantaranya Prof. M. Jazuli Dosen Universitas Negeri Semarang, Subayono, Dosen ISBI Bandung dan Dr. S. Pamardi, Dosen ISI Surakarta.
Tidak berhenti disitu, langkah kaki Mas Yok berjalan sambil menari menuju Pendhapa Ageng GPH. Djojokusumo, dengan menggunakan properti payung Mas Yok menari bersama para Penari 24 Jam dan meneruskan tapak langkah menuju Pendhapa Gamelan Bali ISI Surakarta, Mas Yok bertemu dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno kemudian menari bersama Romo Adi yang diiringi dengan gender.
Gerak kaki lumaksana gaya Surakarta Putra alus Mas Yok menuju Pendhapa dan menari bersama kelima Penari 24 jam serta dialog kecil antara Mas Yok dengan Menteri Sandiaga Salahuddin Uno.
Menjelang sore, Mas Yok menari menuju Teater Kapal bersamaan dengan Pementasan Tari Komunitas Padang di ISI Surakarta.
Pukul 18.30 WIB di Lobby Rektorat ISI Surakarta Mas Yok, Para Penari dan Alumni Penari 24 Jam Menari seperti Wahyu Santosa Prabowo, Dr. Daryono, Dr. Darmawan Dadijono, Nuryanto, S.Kar, Susilo, Agus Margiyanto, Muslimin Bagus, serta Enno Sulistyorini bergerak bersama dalam prosesi Kembul Bujono/Makan Bersama yang secara bergantian menyuapi kelima Penari 24 Jam, diawali alunan tembang doa oleh Wahyu Santosa Prabowo.
Menjelang malam di Lobby Teater Besar Mas Yok menari bersama dengan Dr. Srihadi, Hadawiyah, Darmasti, Dr. Darmawan Dadijono, Dosen ISI Yogyakarta, Jatmiko, Agus Prasetyo, Penari dan Pemain Wayang Orang, Dewi Sulastri, Penari dan Pemain Wayang Orang Sanggar Swargaloka Jakarta.
Gerak tangan boyo mangap, ngithing, ngrayung tersaji dalam kemasan Tari Dumadi karya Maestro  Tari Yoyok Bambang Priyambodo yang pernah dipentaskan di Pendhapa Ageng Gendon Humardani Taman Budaya Jawa Tengah pada tanggal 18 Desember 2022, kemudian pada kesempatan ini disajikan sebagian saat adegan menggunakan Topeng Putih sebagai bentuk doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dilanjut dengan Kolaborasi bersama Penari 24 Jam yang berlokasi di Teater Kapal.
Dini hari, Minggu tanggal 30 April 2023 Mas Yok bersama Erwin Mardiansyah kembali bersama putranya, yakni Canadian Mahendra beserta Cantrik Sanggar Greget Ratna Wulan, Elvaretha Anggun, Davina Darafrida, Deva Amelia, Fairuz Salma, Rachel Catania, Maria Benita, Hasya Alvinki dan Maulida K menyajikan Tari Gaya Pesisiran Semarang di area jalan depan Pendhapa Ageng GPH Djojokusumo yang dikoordinatori oleh Sekar Arum, Veroma Billy dibantu Reza dan Arifin dikonsumsi.
Menjelang fajar, gerak kibas seblak sampur, hentakan, tranjal kaki dan gerak komposisi dalam frame mozaik koreografi khas Mas Yok yang tersusun rapi dan apik mengawali berakhirnya perayaan World Dance Day ke-17.
Tepat pada pukul 06.00 WIB Rektor ISI Surakarta Dr. I Nyoman Sukerna, menutup perayaan World Dance Day ke-17 24 Jam Menari, serta Orasi Budaya KGPAA Mangkunegara X yang dibacakan oleh Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sudjiwo resmi berakhir dengan sorak teriakan meriah dan tepuk tangan dari penonton. (*)