in

Refleksikan Lima Perilaku Pemimpin Masa Depan, Maestro Yoyok Bambang Priyambodo Suguhkan Tari Topeng Patmo Pancer

Patmo Pancer merupakan pengejawantahan dari Sedulur Papat Limo Pancer.

SOLO (jatengtoday.com) – Maestro tari asal Semarang, Yoyok Bambang Priyambodo menyuguhkan karya terbarunya, Tari Topeng Patmo Pancer di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Solo, Selasa (5/9/2023) malam.

Yoyok mengaku, kelahiran tari ini terinspirasi keberadaan topeng yang sudah ada sejak pra sejarah, zaman agama Hindu, Budha dan pada masa Kerajaan Majapahit hingga Mataram serta berbagai Keraton di Nusantara seperti Demak, Sunda, Cirebon, Bali, Kutai, Yogyakarta, Surakarta serta Keraton lain.

Disisi lain, Kota Semarang sebagai Ibu Kota Jawa Tengah dengan bermacam-macam seni budaya seperti Topeng, Wayang Gedog, Drama Tari Topeng, Topeng Lengger Wonosobo, Topeng Endel Tegal, Wayang Topeng Klaten, Klono Topeng, Topeng Sekartaji Gaya Surakarta dan Tari-Tari Topeng yang lain.

Keberadaannya mempengaruhi karya Tari Topeng Patmo Pancer ini sebagai Tari Pengembangan yang sudah ada. Patmo Pancer terdiri dari kata PAT yang berarti Papat atau Empat dan MO berarti Limo atau Lima, sedangkan Pancer berarti menyatunya Empat atau Papat menjadi satu.

“Dalam karya Tari ini, Patmo Pancer merupakan pengejawantahan dari Sedulur Papat Limo Pancer yaitu adanya kakang kawah atau air ketuban, adi ari-ari atau plasenta, pinang getih atau darah, puser atau pusar sedangkan pancer adalah diri sendiri,” ucapnya.

Sementara topeng sebagai properti yang berfungsi menutupi dan merupakan replika wajah untuk mengungkapkan karakter dari Sedulur Papat Limo Pancer tersebut dalam sebuah peran.

Canadian Mahendra mengemas gending sebagai musik tarian ini, meski dalam bentuk komposisi, namun sangat saat dan kental nuansa tradisi sesuai dan selaras dengan penyajian gerak tari Sang Maestro Yoyok Bambang Priyambodo.

Sebelas tembang macapat hadir bersama alunan gamelan sekaligus sebagai bagian dari tata panggung oleh Tria Vita bersama Tim Artistik TBJT dengan pencahayaan tata lampu menghidupkan suasana topeng-topeng yang menempel di wajah penari dan empat buah topeng yang terpasang di arena pentas.

Totalitas kepenarian Maestro Yoyok Bambang Priyambodo dalam menari menggunakan topeng yang telah digelutinya selama 40 tahun yang berawal dengan belajar Tari Klono Topeng bersama S. Maridi, Sunarno, S.Kar dan Tari Topeng Gunungsai oleh S. Ngaliman serta belajar berbagi Tari Topeng baik gaya Yogyakarta, Wayang Topeng, Topeng Cirebon, Bali, Malang dan Tari-Tari Topeng berbagai Provinsi juga Negara seperti Jepang, Korea dan lain sebagainya.

Tak hanya Yoyok Bambang Priyambodo yang menjadi penari dalam karya Patmo Pancer ini, ia menari bersama dengan Dr. Darmawan Dadijono, M.Sn, Sangghita Anjali, S.Sn, Canadian Mahendra dan Adinda Salsabila serta Pementasan menjadi spektakuler karena kelima penari sekaligus juga sebagai Pengrawit / Niyaga / Penabuh Gamelan. (*)