in

7 Sebab Kamu Tidak Bisa Produktif Menulis

Kenali titik-lemah proses kreatif kamu agar lebih produktif menulis. Detailnya begini..

(Credit: Sasin Paraksa)

Lamban. Sering langgar deadline. Hasilnya biasa. Tidak banyak.

Itu terjadi karena kamu tidak periksa proses kreatif penulisan kamu.

Saya akan singkap, apa saja yang membuat orang tidak bisa menulis dengan cepat. Setelah baca tulisan ini, kamu bisa mengerti titik-lemah dari proses kreatif kamu dan bagaimana perbaiki bagian lemah itu.

Kamu Percaya Draft Pertama Harus Sempurna

Berharap menjadi “sempurna” itu lawan dari produktivitas. Tujuan produktivitas adalah “efisiensi naik”. Jika waktu dan cara melakukan sudah efisien, maka kuantitas dan kualitas akan jalan dengan baik. Membuat 1000 item dengan perkembangan semakin baik, itulah produktivitas. Saya baru memahami proses kreatif saya dalam menulis artikel, di semua aspeknya, setelah saya melewati artikel yang ke-300.

Mengatasi Perfeksionisme

  • Definisikan ulang apa arti “sempurna”. Keadaan akan berbeda. “Sempurna” hanya menurutmu, atau sumber yang kamu percaya. “Sempurna” untuk kamu, kepuasanmu, bukan untuk pembaca. Kamu perlu definisi-ulang arti “sempurna”, kemudian kaitkan pada hasil yang ingin kamu capai. Misalnya, dari “Saya ingin menulis artikel ini dengan -sempurna-” menjadi “Saya ingin menulis artikel sepanjang 4000 kata, tanpa typo, tentang traveling, yang akan dapat 3000 dalam 3 hari.”. Jika bisa kamu visualkan dan jelas mau apa, akan ada jalan ke sana.
  • Biasakan membagikan sesuatu yang kecil, bermanfaat bagi kawanmu, dan “tidak sempurna”. Bisa kamu mulai dengan membagikan link beserta deskripsi bermanfaat ke kawan dekatmu di WhatsApp. Dengan cara seperti ini, kamu akan memaafkan dirimu sendiri jika terjadi ketidaksempurnaan. Jika terjadi kegagalan atau ditolak, tentukan mengapa itu terjadi. Bisa saja artikel kamu sudah bagus, tetapi penerbit (media) tidak sepintar kamu.
  • Lihatlah riwayat para penulis — fakta: kebanyakan “tidak sempurna”. Yang penting bukan sempurna atau tidak, tetapi lebih baik dari sebelumnya atau tidak.
  • Hargai deadline. Jika pertunjukan harus berlangsung jam 19.00, jangan tunda. Jalankan pada jam yang ditentukan.

Dalam tahapan menulis, nanti ada “editing”.

Tuliskan saja draft pertama kamu. Draft pertama itu musuh sekaligus permulaan dalam menulis.

“Sempurna” dalam arti tanpa ada kesalahan, itu tidak ada, sebagaimana “normal” itu tidak ada. Hanya garis fiktif yang kita ciptakan sendiri.

“Harus sempurna” tidak hanya buruk dalam menulis. “Harus sempurna” tidak cocok untuk kehidupan. Kamu akan selalu “menghapus” draft pertama, namun untuk menulis selalu berawal dengan draft pertama.

Para penulis hebat, merasa senang ketika tulisan mereka jauh berbeda dari rencana semula. Mereka suka melihat draft pertama yang hilang.

Sudut pandang penulis sangat bebas untuk cepat-berubah, karena sudut pandang itu temporer. Selalu ada pemahaman baru, ide baru, dan cara baru, bagi orang yang suka menulis.

Menulis Sambil Editing

Kalau masih pembentukan ide, jangan sambil editing.

Melakukan editing ketika menulis, hasilnya buruk. Akhirnya, ia menghabisi idenya sendiri. Sudah punya outline, mulai menulis, tetapi setiap baris dan paragraf diperiksa seperti ketika sedang editing. Jangan.

Cara Tercepat Editing Tulisan

Editing tulisan, rahasianya di urutan dalam editing.

  1. TEMUKAN MAKSUD TULISAN. Kalau perlu, tanyakan kepada yang menulis, ini tulisan maksudnya mau omong apa? Pastikan gagasan tersampaikan dengan jelas, dengan cara mengidentifikasi ide utama tulisan ini.
  2. KEMBALIKAN KEPADA OUTLINE. Kalau misalnya tulisan 1 paragraf yang sudah jadi ini kamu ubah menjadi outline (kerangka tulisan), bisakah orang membacanya dengan jelas? Adakah hubungan antarkalimat yang kuat? Periksa per paragraf. Mau bicara apa? Sudahkah terjelaskan dalam kalimat-kalimat di dalamnya?
  3. DETAIL INFORMASI DAN ANGLE. Terdapat detail informasi dan sudut pandang kamu. Detail itu bisa berisi data statistik, link, quote, penjelasan, dll. Yang terpenting, berikan perspektif dan sudut-pandang kamu.
  4. CLEANING. Bersihkan kalimat dari kesalahan-berlogika (logical fallacy) dan bias pemahaman (cognitive bias). Kalimat harus faktual (berdasarkan data), aktual (memakai data terbaru), dan mudah dibaca.
  5. PENULISAN. Sunting ejaan (spelling) dan kesalahan mengetik (typographical errors).

Tuliskan saja, sesuai outline yang telah kamu rancang. Setelah itu, baru lakukan editing. Pada saat editing, kerja keras sebenarnya sedang kamu mulai. Editing adalah kerja yang kelak menciptakan sebuah ruangan apresiasi. Tidak ada tulisan baik atau buruk, tanpa melewati editing.

Terlalu Cepat Menuliskan Ide

Sebaiknya, kamu menulis, bukan mengarang. Menulis menuntut pemeriksaan dan penggalian mendalam. Termasuk memperlakukan ide awal.

Pikiran lebih hidup ketika tubuhmu bergerak, dalam keadaan fresh, di mana kamu bertemu orang-orang sambil terus memikirkan ide yang akan kamu tulis. Singkatnya, coba pertanyakan ide kamu dengan cara keluar dari rutinitas. Temui orang-orang. Riset. Buat pertanyaan, agar ide tersebut terbangun dengan kuat. Sudah kamu pertanyakan berkali-kali.

Jika ide itu bertahan dan masih sita perhatianmu ketika aktivitas kamu tidak berhenti, mungkin ide itu layak kamu tuliskan.

Tidak Memperbaiki Caramu Bicara

Tuliskan sebagaimana kamu berbicara. Kalau bisa, maka tulisanmu seperti orang bercerita, mengajak orang lakukan perjalanan. Jika kamu mau melatih caramu berbicara, dengan siapapun, maka kamu bisa menulis selancar kamu berbicara. Tulisan yang baik, biasanya singkat, punya hook langsung, menyajikan data berbeda, menuturkan cerita, menjanjikan sesuatu, dan bisa membuat orang lain mengungkapkan emosi mereka. Menulis dan berbicara itu proses komunikasi. Kalau terlatih, orang akan mendengarkan pemikiranmu ketika berbicara dan menyimak apa yang kamu tuliskan.

Kamu Menulis di Lingkungan Bising

Sebagus apapun fokus kamu, pekerjaanmu akan kacau kalau kamu menulis di sekitar orang-orang yang ramah kepadamu. Mereka akan interupsi kamu dengan sapaan, jabatan tangan, beramah-tamah, dan kamu harus restart konsentrasi lagi di tengah pekerjaan. Jalankan pengaturan minimal agar visual benda-benda mati tidak menjadi gangguan permanen. Jangan salah putar musik.

Waktu Terkuras pada Aplikasi

Sangat banyak penulis yang “error” menghadapi aplikasi. Mereka dapat saran aplikasi yang produktif, namun ternyata susah dipakai. Menulis sebenarnya hanya perlu email, catatan, dan browser. Tidak perlu aplikasi yang besar dan memerlukan adaptasi lama. Aplikasi seperti Word, Obsidian, Notion, dll. memang bagus, namun tidak membuat orang produktif menulis.

Kurang Sumber Daya

Kekurangan sumber daya, akibatnya, bahan belum siap. Rahasia saya dalam menulis, karena banyak bahan. Saya menerapkan “seni mengamati”. Kamu perlu coba, secara total mengamati sekelilingmu dalam sehari. Pikiran selalu dalam keadaan “menulis” dan optimasi indera. Selain itu, rajin baca buku dan catat hasil baca kamu. Jangan mengandalkan Google karena Google akan dijadikan andalah semua orang. Baca buku baru, rajin meringkas, dan masukkan bahan-bahan menulis yang kelak bisa kamu pakai untuk menulis.

Jangan menyerah. Selalu ada jalan mengatasi masalah. Mungkin itu bukan masalah. Jika kamu berpikir divergen, kamu bisa lihat masalah lebih banyak dan solusi lebih banyak lagi. [dm]