in

Waspadai Varian Omicron, Begini Penjelasan Dinkes Semarang  

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam. (abdul mughis/jatengtoday.com)

SEMARANG (jatengtoday.com) – Masyarakat sudah terlalu capek mengikuti perkembangan Covid-19, namun belakangan ini tetap saja muncul penemuan varian baru yang disebut Omicron di Afrika Selatan.  Banyak negara mewaspadai penyebaran varian tersebut dengan melakukan penutupan perbatasan atau pintu masuk.

Di Kota Semarang pun demikian, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang mengaku telah melakukan upaya atau strategi untuk membendung agar virus varian baru tersebut tidak menyebar.

“Kalau berbicara mengenai Omicron, teridenfikasi bahwa badan virusnya tetap sama. Yang berbeda di RBD atau Receptor Binding Domain, yakni hanya kulit atau lapisan paling luar,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moch Abdul Hakam, belum lama ini.

Dia mengaku belum mengetahui secara pasti, apakah benar penyebarannya cepat sekali sebagaimana informasi yang belakangan beredar luas. Tetapi, Hakam menjelaskan bahwa terdapat istilah biologi virus.

“Kalau dia cepat penyebarannya, maka low infectious-nya rendah (tingkat infeksi lebih rendah),” bebernya.

Kabar munculnya penyebaran varian Omicron di Afrika Selatan, lanjut Hakam, belum dilaporkan secara detail. Tetapi beberapa laporan menyebutkan bahwa keluhan atau gejalanya memang berbeda dengan varian Delta.

“Delta lebih banyak penciuman berkurang atau hilang, kalau Omicron bisa tidak ada gejala, bisa tiba-tiba tidak enak badan, diare, demam, dan lain-lain. Tidak ada hilang penciuman. Tiba-tiba ketika diperiksa positif Omicron. Yang dilaporkan seperti itu,” terang Hakam.

Namun demikian, Hakam meyakinkan bahwa selama warga telah divaksin dua kali, penyebaran varian baru ini bisa ditahan. “Karena vaksin selama ini menggunakan metode virus yang dilemahkan, atau diinaktivasi. Yang berubah hanya dua persen, yang tidak berubah 98 persen. Karena yang berbeda hanya di RBD-nya dan badan virus varian baru ini masih sama, maka vaksin masih bisa mengenali,” katanya.

Pihaknya mengaku antisipasi penyebaran varian baru ini di Kota Semarang telah dilakukan secara ketat. “Belajar dari penyebaran varian Delta, proses penyebarannya barasal dari orang Indonesia yang bekerja di luar negeri. Itu sebagai indeks kasus pembawa Delta. Ini yang kita jaga semuanya. Jangan sampai ada satu pun orang yang masuk dari luar negeri tidak dilakukan karantina,” ujarnya.

Berdasarkan jurnal terbaru, lanjut Hakam, ada temuan bahwa orang dari luar negeri yang dikarantina dinyatakan positif Omicron setelah tujuh hari. “Dia datang dari Afrika Selatan pada 22 November, pada 27 November diperiksa baru diketahui positif. Jadi, masa inkubasinya lumayan delay,” bebernya.

Maka dari itu, pihaknya berharap setiap pintu masuk dijaga ketat dengan melakukan random sampling di daerah potensial. Termasuk mewaspadai adanya mahasiswa perguruan tinggi di Kota Semarang yang telah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM).

“Kalau mau mengadakan PTM, maka paling tidak harus vaksin dua kali. Kalau baru sekali, kami fasilitasi vaksin kedua di puskesmas. Tidak usah membawa surat domisili, langsung saja menuju ke puskesmas terdekat,” katanya. (*)

editor : tri wuryono