in

Timbulkan Bau Tak Sedap, IPAL Bantuan DLH Kota Semarang Bikin Resah Warga Ngijo

Dia mengakui, memang sering menemani warga terdampak mengajukan komplain ke pihak pengurus IPAL. Tapi hingga saat ini, tidak ada solusi konkret.

“Kami sudah beberapa kali mediasi ke pengurus. Terakhir hari Minggu (21/7/2019) lalu sama Minggu (28/7/2019). Tapi pihak pengelola sepertinya tidak mau mengambil langkah win win solution,” bebernya.

Dulu, lanjutnya, warga RT 1 yang tidak menggunakan IPAL, berinisiasi untuk mencari solusi sendiri. Yakni dengan memerpanjang pralon pembuangan air dari IPAL. Harapannya, agar buangan air agak jauh dari permukiman. Tapi upaya itu tidak membuahkan hasil. Bau menyengat masih sering muncul.

“Waktu itu kami sudah membicarakan dengan pengurus. Tapi kata pengurus, tidak punya anggaran untuk membenahi IPAL. Jadi kami pakai kas RT buat beli pralon dan pemasangan. Padahal, kami bukan pemakai IPAL,” paparnya.

Pihaknya pun sudah melaporkan masalah ini ke DLH Semarang via twitter dan kanal aduan Lapor Hendi. Tapi belum ada tanggapan nyata.

Sementara itu, pengelola IPAL sekaligus Ketua RT 2, Haryono mengaku, bau tak sedap yang timbul merupakan kesalahan warga yang memakai. Sebab, IPAL tersebut tidak hanya menampung buangan dari kloset saja, tapi seluruh limbah rumah tangga. Mulai dari kamar mandi, cuci piring, cuci baju, dan lain sebagainya.

“Dulu sempat mampet. Pas saya bersihkan, ada sikat, pembalut, sampai kaos juga ada. Yang parah, minyak dari bekas cuci piring, mengeras menjadi semacam lemak. Dan itu menyumbat aliran,” terangnya.

Dia pun mengaku kesulitan memberikan edukasi kepada warga pengguna IPAL. “Sudah saya sampaikan, tapi tetap pada ngeyel,” ucapnya.

Terkait iuran, lanjutnya, setiap pemakai hanya dibebani Rp 5 ribu per rumah per bulan. Total ada sekitar 30 KK yang menggunakan. Iuran itu habis untuk beli obat agar tidak bau.

“Uangnya habis untuk beli obat. Kasih obatnya dua kali sebulan. Padahal, masih butuh biaya untuk sedot. Biaya sedot itu juga mahal. Biasanya setahun sekali nyedotnya. Itu pun satu atau dua tanki saja. Total IPALnya ada 9 tanki,” jelasnya.

Ketika dikonfirmasi, Kepala DLH Kota Semarang, Sapto Adi Sugihartono mengaku akan mengecek ke lapangan. Sebab, IPAL bantuan dari dinas, sebenarnya untuk membantu pengolahan limbah, bukan justru memperparah.

“Nanti kami akan turunkan tim untuk turun ke lapangan,” tandasnya. (*)

editor : ricky fitriyanto