SEMARANG (jatengtoday.com) – Rawa Pening yang dalam kondisi kritis dan memprihatinkan menjadi sorotan banyak pihak. Pasalnya, danau di Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru Kabupaten Semarang ini adalah salah satu dari 15 danau kritis di Indonesia.
Akademisi Undip, Prof Robert J. Kodoatie menilai, Rawa Pening harus dilestarikan dan direvitalisasi. “Saat ini, kondisinya kritis. Rawa Pening juga memiliki banyak masalah yakni sedimentasi, enceng gondok, dan pertanian,” katanya, Rabu (3/10/2018).
Dikatakannya, untuk masalah pertumbuhan enceng gondok, belakangan ini telah dilakukan penanganan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Tetapi dalam hal pengelolaan menyeluruh belum dilakukan.
“Untuk melakukan revitalisasi butuh kesepakatan berbagai pihak,” katanya.
Terutama pihak Pemerintah Kabupaten Semarang maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. “Ditentukan batasnya mana sih? Sampai saat ini belum ada batasnya. Ini perlu ada kesepakatan,” katanya.
Terjadinya pendangkalan sangat mengkhawatirkan. Bahkan setiap tiga bulan mengakibatkan kerugian sebanyak 15 juta kubik air. Rawa Pening adalah waduk alami. Maka harus dilestarikan.
“Membangun waduk seperti Waduk Jatibarang membutuhkan biaya triliunan. Maka Rawa Pening harus dikembalikan secara fungsi dari sisi kelestariannya. Sehingga pendayagunaannya bisa optimal,” katanya.
Di satu sisi, kata dia, Rawa Pening dilirik oleh banyak pihak karena potensi agrowisatanya. “Bahkan terbilang paling bagus di Jawa Tengah. Jadi, satu sisi banyak dibutuhkan orang. Tapi di sisi lain ada masalah yang dibiarkan,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto