in

Satgas Pangan Mabes Polri Didesak Usut Pelaku Permainan Harga Cabai

SEMARANG – Satuan Tugas (Satgas) Pangan Mabes Polri didesak untuk mengusut melonjaknha harga cabai merah keriting. Harga cabai merah keriting di pasaran meroket hingga Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan dari petani, harganya anjlok jauh di bawah Rp 20 ribu.

Hal ini berdampak para petani mengalami kerugian besar. Anjloknya harga cabai, terutama di Jawa Tengah itu diduga ada permainan mafia yang mengendalikan harga bahan pokok. Untuk itu, mestinya pihak berwenang tidak menutup mata untuk menangani masalah ini.

Selain itu, Kementerian Pertanian dan Bulog diminta tidak hanya menyerap hasil panen komoditas pangan dalam negeri namun juga holtikultura. Aksi demonstrasi petani di Desa Jeruk Gulung Kecamatan Dempet, Demak, Jawa Tengah menjadi salah satu bukti bahwa para petani terbebani distribusi dan harga seperti halnya persoalan harga cabai ini.

“Satuan Tugas (Satgas) Pangan Mabes Polri harus menyelidiki penyebab anjloknya harga cabai ini,” ungkap Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruli Ardiansyah, Selasa (15/1/2019).

Dikatakannya, berdasarkan pengalaman beberapa waktu lalu, harga cabai anjlok di kisaran angka Rp 20 ribu. Harga itu ditahan hingga tidak masuk ke pasar induk. “Di pasaran, harganya menjadi Rp 40 ribu. Tapi beli ke petani di bawah Rp 20 ribu. Ternyata ada permainan,” ungkapnya.

Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa menyerap. Peran Bulog harus dilihat dan dimaksimalkan. Bukan hanya beras, tapi juga komoditas lainnya, misalnya produk holtikultura.

“Kepastian daya serap pemerintah atas komoditas holtikultura sangat penting karena tingkat fluktuatif harganya sangat tinggi. Persoalan anjloknya harga, tanaman holtikultura lebih tinggi dibanding tanaman pangan,” bebernya.

Lebih lanjut, kata dia, pemerintah semestinya bisa memberikan pelatihan untuk mengatur pola tanam atau tidak terjadi over produksi, yang menyebabkan jatuhnya harga. “Harusnya kalau memang cabai di Demak ini dilihat menjadi sebagai komoditas strategis, pemerintah juga bisa dilakukan penetapan harga pembelian, seperti beras dan komoditas lainnya,” kata Agus.

Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Darori Wonodipuro mengatakan, aksi pembuangan cabai ke jalan oleh petani Demak ini dikarenakan mereka mengalami kerugian besar. Sebab, harga cabai setempat anjlok hingga Rp 7.000 per kilogram.

Ia juga menilai bila kasus anjloknya harga cabai ini penting untuk ditelusuri apa penyebabnya. Pihak berwenang harus melakukan pemeriksaan. “Kenapa begini harus diperiksa?,” kata Darori.

Darori menceritakan, hal serupa pernah terjadi ketika panen kentang di Dieng, Jawa Tengah yang berimbas petani merugi. “Saat itu saya telepon Menteri Pertanian. Katanya tidak ada impor. Saya selidiki ternyata ditemukan kentang dari Tiongkok dan Pakistan” jelasnya.

Tapi saat itu, lanjutnya, pemerintah tidak menganggarkan subsidi ini. “Mestinya, Kementan memberikan subsidi kepada para petani agar tak mengalami kerugian saat harga komoditas ini anjlok,” katanya.

Pihak Kementan sendiri menganggap kejadian pembuangan cabai yang terjadi di Demak hanyalah dampak dari fenomena harian. Saat ini masalah tersebut dianggap selesai dan petani sudah menikmati harga cabai di kisaran Rp 18 per kilogram. (*)

editor : ricky fitriyanto