in

Santri Demak  Berdaya Menjaga Martabat Kota Wali

Dengan fatwa resolusi jihad  kiai, ulama dan santri bersatu melawan tentara sekutu mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Diiringi musik rebana, Bupati dr Hj Eisti'anah bersama jajaran Forkompimda dan Ketua PCNU Kabupaten Demak KH Muhammad Aminudin Masyhudi saat berjalan menuju Alun-alun Simpang Enam Demak untuk mengikuti apel peringatan Hari Santri Nasional 2022. (istimewa)

DEMAK (jatengtoday.com) – Hari Santri Nasional 2022 tingkat Kabupaten Demak diperingati meriah di Alun-alun Simpang Enam Demak, beberapa waktu lalu. Diikuti belasan ribu santri dari ratusan pondok pesantren di Kota Wali, bertindak sebagai pembina apel Bupati Eisti’anah.

Dalam sambutan arahannya disampaikan,  peringatan Hari Santri Nasional 2022   sebagai penghormatan pada pengorbanan para santri dan para ulama mempertahankan kemerdekaan RI.

Dengan fatwa resolusi jihad  kiai, ulama dan santri bersatu melawan tentara sekutu mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hari Santri Nasional 2022 tingkat Kabupaten Demak diperingati dengan mengangkat tema Santri Demak Berdaya Menjaga Martabat Kota Wali.

Maksudnya, santri tidak hanya diasosiasikan di bidang keagamaan, tapi mampu berdaya di berbagai bidang profesi pemerintahan, sosial dan ekonomi.

Gemblengan para kiai dan ulama  mampu menjadikan santri berdaya, cerdas dan berakhlak mulia.

Mengedepankan nilai-nilai agama dalam perilaku, dengan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Karena tidak ada satupun agama menyuruh merusak harkat dan martabat manusia.

“Mari bersama menjaga martabat Kota wali dengan Akhlakul Karimah dan semangat toleransi. Bersama momen Hari Santri Nasional, mari kita doakan para kiai , ulama dan pahlawan yang telah syahid di medan perang demi kemaslahatan bangsa,” kata  bupati.

Sementara Ketua PC NU Kabupaten Demak KH Muhammad Aminudin Masyhudi menambahkan, santri Demak tidak boleh melupakan adat ‘manut dhawuhe kiai’.

Maka santri di Demak harus meneladani para tokoh kiai ulama terdahulu yang telah gugur mempertahankan kemerdekaan RI dan melanjutkan perjuangan mereka.

“Cuma kalau dulu para kiai, ulama dan santri-santrinya berjuang dengan perang melawan penjajah, sekarang kita perang melawan hoaks. Sebab tantangan luar biasa saat ini adalah medsos berikut berita-berita hoaks yang menyesatkan dan memecah belah, hingga  degradasi moral hanya demi mencari jati diri,” tandasnya. (*)

Ajie MH.