in

Ramalan Ahli Tarot: Badai Corona di Jateng Berakhir Juni, Nasional Agustus

SEMARANG (jatengtoday.com) – Ahli tarot Roro Setya Dwi Widayanti memprediksi badai corona di Jateng akan mereda pada Juni 2020 mendatang. Sementara dalam skala nasional, baru di bulan Agustus 2020.

Dikatakan, Covid-19 memang tidak bisa tuntas 100 persen dalam waktu dekat ini. Warga yang terinfeksi tetap masih ada setelah Juni, tapi tidak sebanyak saat ini.

“Puncaknya April ini. Mei mulai menurun. Juni membaik. Tapi belum tuntas 100 persen. Pasien tetap muncul, tapi sangat sedikit,” bebernya, Selasa (21/4/2020).

Dari ramalan kartu tarotnya, jumlah pasien positif di provinsi ini juga tidak sampai 500 orang. “Sekitar 470 orang. Yang meninggal, nggak banyak,” imbuh peramal dari Solo ini.

Tya pun mengimbau agar masyarakat mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah. Mulai dari physical distancing, tetap di rumah, selalu gunakan masker saat keluar, hingga tidak mudik saat Lebaran.

“Yang patut diwaspadai saat Lebaran karena biasanya pergerakan masyarakat tinggi,” tandasnya.

Terkait dampak ekonomi, lanjutnya, memang cukup menghawatirkan. Industri kain sangat terpukul. Usaha yang bergerak di bidang jasa juga terpengaruh.

“Usaha api tidak signifikan meningkat. Usaha logam menurun kecuali emas. Pegawai swasta harus banyak berhemat. Perbankan dan perdagangan lesu. Kuliner online stabil. Usaha yang akan tetap bertahan adalah bahan pangan, dan semua yang berasal dari tanah, seperti tanaman dan obat,” paparnya.

Dia meramalkan, industri besar yang menerapkan sistem kerja tiga shift bakal terpuruk. “Kebanyakan yang berada di kawasan industri,” katanya.

Meski begitu, setelah Juni, recovery ekonomi bisa cepat terbangun.

Lebih lanjut, Tya menuturkan, meski Jateng sudah mulai stabil pada Juni, wilayah DKI masih tetap berjibaku dengan corona. Diramalkan, pada Juni-Agustus, badai corona akan bergeser ke arah Timur. Bali, Lombok, Maluku, hingga Papua.

“Ini harus diwaspadai. Karena kalau tidak dibendung dan kasus di wilayah paling Timur Indonesia tinggi, perlu penanganan khusus karena tenaga medis di Pulau Jawa tidak bisa membantu,” tandasnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto