in

Gapensi Jateng Minta Relaksasi Bunga Bank dari 17 jadi 12 Persen

SEMARANG (jatengtoday.com) – Dunia konstruksi sangat terpukul pandemi corona. Akibat wabah ini, tidak sedikit penyedia jasa konstruksi yang tertatih. Utamanya, mereka yang sudah terikat kontrak pembangunan fisik.

Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) pun meminta kelonggaran bunga bank untuk meringankan dampak.

Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Gapensi Jateng, Mulyo Hadi menuturkan, pihaknya telah berkirim surat kepada Bank Jateng. “Tanggal 8 Mei 2020 kemarin, Bank Jateng sudah mengeluarkan surat. Intinya, ada relaksasi bunga pinjaman untuk konstruksi,” ucapnya, Kamis (14/5/2020).

Jika tahun lalu bunga menyentuh angka 17 persen, Mulyono menawarnya menjadi 12 persen. “Nanti tinggal di cabang seperti apa. Semoga tidak ada kendala karena surat dari pusat ini sudah keluar. Selama ini kami selalu dengan Bank Jateng, Kalau yang pinjaman investasi, kami mengajukan penundaan pembayaran bunga dan pokok,” imbuhnya.

Terkait pelaksanaan pembangunan, Mulyono mengaku sudah ada komitmen antara penyedia dan pengguna. Dia mencontohkan, jika nilai kontrak Rp 100 juta, tapi tahun ini hanya ada anggaran Rp 50 juta saja, tetap akan dikerjakan. Dengan catatan, yang Rp 50 juta diselesaikan di 2021.

“Harus ada keterbukaan antara penyedia dan pengguna. Apakah sanggup dengan modal seperti itu. Ya tadi, kami komunikasi dengan Bank Jateng, dan bisa dibantu,” terangnya.

Meski begitu, pada 2020 ini, tidak sedikit rencana konstruksi yang ditunda. Termasuk dari pemerintah daerah atau pusat. Terutama proyek-proyek besar. Jika digambarkan, proyek pembangunan fisik tahun ini turun sampai 60 persen dari tahun lalu.

“Kalau di Pemkot Surakarta, sudah bagus. Lelang yang sudah terlanjur kontrak tetap dijalankan,” bebernya.

Pihaknya khawatir, jika atmosfer masih seperti ini hingga akhir tahun, ada kemungkinan banyak penyedia jasa konstruksi yang tidak bisa bertahan. Mau tidak mau, mereka bakal melakukan PHK besar-besaran. Terutama pekerja lapangan.

“Di kami ada sekitar 2.700 anggota. Per anggota bisa 10-20 pekerjaan,” tuturnya.

Menjelang akhir semester 1 ini, rata-rata pendapatan mereka sudah turun 30 persen. Beberapa, malah ada yang berhenti sementara.

“Sampai tutup, tidak. Masih wait and see karena pandemi ini kan sifatnya sementara. Tapi kalau sampai akhir tahun seperti ini, bisa hancur. Pengaruhnya ke PAD (Pendapatan Asli Daerah) juga, kan. Kalau cuma September, mungkin masih bertahan,” tandasnya.

Mengenai teknis konstruksi, lanjut Mulyono, ada beberapa kendala di lapangan. Pekerja, misalnya. Dia mencontohkan, kontraktor di Semarang yang dapat pekerjaan di Kabupaten Wonosobo, akan mengalami masalah soal pekerja.

Karena Kota Semarang masuk zona merah Covid-19, tidak bisa seenaknya mengirim pekerja ke Wonosobo. “Pekerjanya tidak bisa dikirim ke sana. Harus ambil dari Wonosobo. Ini akan berpengaruh,” jelasnya.

Sementara terkait material, tidak begitu berpengaruh. Kecuali barang-barang yang harus impor. “Ya karena situasi. Tapi barang impor hanya sekitar 30 persen saja,” tandasnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto