LIGA 1 Indonesia 2022/2023 menjadi neraka bagi para pelatih. Mereka yang bertugas meramu strategi merupakan korban dari pramusim yang lebih mementingkan “cuan” ketimbang masa depan klub di kompetisi resmi.
Gelaran BRI Liga 1 2022/2023 baru menginjak pekan ke-9. Tapi sudah ada enam pelatih yang kehilangan pekerjaannya karena dipecat atau alasan mengundurkan diri.
Terbaru adalah perpisahan Eduardo Almeida dengan Arema FC. Pelatih yang baru saja memersembahkan trofi Piala Presiden 2022 itu dicopot sehari setelah Singo Edan bermain imbang kontra Barito Putera di pekan ke-8 atau 5 September 2022.
Almeida tidak sendirian. Dia menyusul jejak koleganya yang juga bernasib sama: dipecat! Javier Roca yang kemudian menjadi penggantinya di Arema sudah lebih dulu didepak Persik Kediri pada 13 Agustus 2022.
Baca Juga: PSIS Semarang Pecat Sergio Alexandre
Kemudian, Dejan Antonic yang lengser dari Barito Putera, 25 Agustus 2022, Sergio Alexandre (PSIS Semarang, 24 Agustus 2022), Jacksen F Tiago (Persis Solo, 19 Agustus 2022), Robert Rene Alberts (Persib Bandung, 10 Agustus 2022).
Padahal BRI Liga 1 2022/2023 yang dimulai 23 Juli baru berumur 44 hari (jika dihitung sampai pekan ke-8 yang berakhir 4 September). Artinya tiap 7,3 hari ada kontestan Liga 1 pecat pelatih. Bisa jadi itu menjadi sebuah rekor di antara kompetisi lain di penjuru dunia.
Piala Presiden
Mereka yang sudah dipecat atau para pelatih tim-tim Liga 1 tidak bisa memersiapkan pramusim dengan ideal. Piala Presiden yang menjadi turnamen wajib sebelum kompetisi dimulai justru menghambat persiapan tim.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan turnamen Piala Presiden, tapi cara klub menyikapinya yang kemudian justru menjadi bumerang di kompetisi resmi. Godaan hadiah yang bisa mencapai Rp2 miliar plus match fee Rp125 juta bagi tim yang menang, membuat klub gelap mata.
Baca Juga: PSIS Punya Skuad Mantap, Statistiknya Malah Paling Jeblok
Belum lagi ditambah desakan dari suporter yang ingin melihat tim kesayangannya meraih prestasi. Akibatnya, pramusim yang seharusnya menjadi sarana bagi pelatih, pemain dan seluruh komponen tim untuk beradaptasi malah kerap menghadirkan petaka.
Meskipun berlabel turnamen pramusim, tim-tim yang berlaga di Piala Presiden sudah memainkan pertandingan selayaknya kompetisi. Kondisi pemain yang sebenarnya belum siap untuk pertandingan kompetitif dipaksakan hanya demi gengsi dan materi sehingga rentan cedera.
Maka cukup beralasan ketika pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll mengkritik pandangan klub di Indonesia yang begitu serius dengan Piala Presiden. Mantan pelatih Borussia Dortmund itu beranggapan turnamen yang sudah digulirkan sejak 2015 tersebut akan mengganggu periodesasi persiapan timnya.
Doll akhirnya membuat keputusan yang saat itu dianggap kontroversial. Dia memilih memainkan pemain-pemain muda di dua laga awal Persija. Pelatih asal Jerman itu tak memusingkan hujatan ketika Macan Kemayoran menjadi bulan-bulanan tim promosi RANS Nusantara dan kalah dengan skor 1-5.
Baca Juga: Mantan Bintang Lazio Resmi jadi Pelatih Persija Jakarta
Persija bahkan menjadi satu-satunya tim peserta Piala Presiden 2022 yang tidak mampu menghasilkan poin karena empat laga mereka berakhir dengan kekalahan.
Tapi, lihatlah bagaimana kiprah Thomas Doll dan Persija di kompetisi sesungguhnya. Grafik Riko Simanjuntak cs terus menanjak. Mereka mengukir lima kemenangan beruntun dan saat kompetisi masuk pekan ke-9 berada di papan atas, tepatnya peringkat keempat dengan poin 20.
Ancaman Degradasi
Andai Luis Milla memegang kendali Persib sejak awal, bisa jadi juga akan memilih pendekatan yang digunakan Thomas Doll.
Fakta-fakta lain juga menunjukkan bahwa tim-tim yang melaju jauh atau setidaknya sampai babak semi final Piala Presiden bakal kedodoran di kompetisi.
Sebagai perbandingan bisa dilihat dari statistik Liga 1 2017, 2018, 2019 dan 2022 hingga pekan ke-9. Tim semi finalis turnamen pramusim sulit bersaing di papan atas.
Baca Juga: Arema FC Juara Piala Presiden 2022, Maringa Pemain Terbaik
Arema FC yang berstatus sebagai juara Piala Presiden 2022 justru terseok-seok di posisi kesepuluh dengan poin 11. Hanya Borneo FC yang bisa menyodok ke lima besar dengan poin 19, sedangkan PSS Sleman dan PSIS Semarang menghuni peringkat 9 dan 11.
Di Liga 1 2019, Arema FC yang memulai kompetisi sebagai juara Piala Presiden, tercecer di peringkat ketujuh dengan poin 15, sama dengan poin Madura United di peringkat keenam. Sedangkan runner-up Piala Presiden musim itu, Persebaya berada di posisi kesepuluh dengan poin 12 dan semi finalis lainnya Kalteng Putra terpuruk di peringkat 15.
Piala Presiden 2018 menghasilkan Persija Jakarta sebagai juara dan Bali United runner-up. Sriwijaya FC dan PSMS Medan kandas di babak semi final.
Persija yang kemudian menjadi juara Liga 1 2018 hanya menempati peringkat kesembilan dengan poin 13 saat kompetisi berumur 9 pekan. Bali United di posisi 11 (12 poin), Sriwijaya FC peringkat 7 (13), dan PSMS 13 (12 poin).
Pada Piala Presiden 2017 memunculkan Arema Cronus sebagai juara, Pusamania Borneo FC runner-up. Sedangkan peringkat 3-4 diisi Persib Bandung dan Semen Padang.
Sementara hingga pekan ke-9 Liga 1 2017, Arema yang mengumpulkan 14 poin berada di peringkat ketujuh. Kemudian Persib di peringkat 11 (13 poin), Pusamania dan Semen Padang menghuni posisi 14 dan 15 dengan poin 11.
Faktor kelelahan dan badai cedera pemain membuat tim yang melaju jauh di Piala Presiden bakal kedodoran di awal musim. Dua faktor itulah yang kemudian memunculkan ‘tradisi’ tim yang kandas di semi final Piala Presiden tiga edisi terakhir, berpotensi terdegradasi di akhir kompetisi Liga 1.
Dimulai dari Semen Padang yang merupakan semi finalis Piala Presiden 2017 yang akhirnya turun kasta di kompetisi tahun yang sama. Berikutnya Sriwijaya FC dan PSMS Medan terdegradasi di Liga 1 2018. Kalteng Putra juga senasib dan harus kembali ke Liga 2 setelah menjadi juru kunci di Liga 1 2019.
Jika melihat hasil Piala Presiden 2022, fans PSIS Semarang dan PSS Sleman pantas cemas. Mampukah Mahesa Jenar dan Super Elang Jawa menghapus kutukan semi finalis Piala Presiden? (*)