in

Perintahkan Lurah Hidupkan Tradisi Dolanan Bocah dalam Lomba ‘Pitulasan’

SEMARANG (jatengtoday.com) – Masa kecil selalu menjadi sejarah paling terpatri sepanjang perjalanan hidup. Bermain dengan senang bersama teman sebaya. Terutama masyarakat Jawa, memiliki kekayaan tradisi dolanan bocah yang sarat makna.

Konon, berbagai tradisi dolanan bocah, nyanyian, permainan, syair, memiliki sejarah panjang yang diciptakan filosof dan penyiar agama di Jawa kala itu. Salah satunya Sunan Kalijaga.

Hompimpah Alaium Gambreng, Cublak-cublak Suweng, Engklek, Congklak, Benthik, Gobak Sodor, Petak Umpet, dan lain-lain lambat laun hilang ditelan zaman. Anak generasi milenial lebih memilih game modern berbasis android. Lantas bagaimana cara menghidupkannya kembali?

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, salah satu cara untuk kembali menghidupkan tradisi permainan anak tradisional dengan cara lomba “pitulasan” atau menyambut peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus secara serempak di setiap kelurahan.

Untuk itu, Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi mengaku telah memerintahkan kepada seluruh lurah dan camat untuk menggelar berbagai macam lomba. “Saya sarankan lomba yang dipertandingkan dalam rangka HUT RI, adalah berbagai permainan anak-anak tradisional (dolanan bocah),” katanya, Rabu (1/8).

Dikatakannya, lomba permainan anak tradisional adalah hal paling sederhana. Tapi penuh dengan ciri khas Indonesia. “Dolanan anak apapun yang ada dilingkungan masyarakat kita. Selain bisa melestarikan tradisi budaya, juga banyak hal yang bisa didapatkan manfaat dan filosofinya,” katanya.

Terutama berguna bagi anak-anak saat melakukan permainan anak-anak khas Jawa dan Indonesia. “Mari bersama-sama nguri-nguri budaya khas Indonesia, khas Jawa,” imbuhnya.

Tradisi peringatan 17 Agustus, menjadi hal yang selalu dirayakan sekaligus mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan. “Saya sudah keluarkan imbauan kepada camat dan lurah untuk melaksanakan aktivitas dengan melibatkan masyarakat,” katanya.

Semangat dalam memperingati hari kemerdekaan ini merupakan bentuk komitmen generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan. “Mengenang jasa para pejuang yang rela berkorban untuk merebut kemerdekaan. Kemeriahan ini menjadi pertanda komitmen kita kepada para pahlawan bangsa,” katanya.

Para pejuang telah berkorban dengan darah, maka kemerdekaan yang telah dinikmati generasi penerus harus diisi dengan berbagai kreativitas, pembangunan, dan penghormatan. (abdul mughis)

editor : ricky fitriyanto