in

Bertani di Kampung Padat, Ibu-ibu ini Terapkan Teknologi Hidroponik

SEMARANG (jatengtoday.com) – Permukiman padat penduduk dan minimnya lahan untuk bercocok tanam bisa disiasati dengan penggunaan teknologi. Seperti yang dilakukan warga di Jalan Patriot 5 RT 02 RW 06 Kelurahan Purwosari, Semarang Utara ini.

Sekelompok ibu-ibu di kampung tersebut memiliki aktivitas unik yakni budidaya sayur-mayur. Bahkan mereka menerapkan teknologi budidaya tanaman organik dan hidroponik di halaman rumah tinggal.

Hidroponik sendiri merupakan penerapan teknologi budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, salah satunya menggunakan sistem Aquaponik. Sedikitnya ada 20 anggota yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara. Sehingga kampung ini mendapat julukan sebagai salah satu Kampung Hidroponik di Kota Semarang.

“Sekarang, ibu-ibu di kampung ini suka menanam. Alih-alih mengisi waktu luang,” kata Kelompok Wanita Tani (KWT) Kelurahan Purwosari, Nunung Supratiningsih, Jumat (2/11/2018).

Dikatakannya, aktivitas budidaya tanaman dengan memanfaatkan teknologi ini diperkenalkan sejak 2017 lalu oleh Dinas Pertanian Kota Semarang. Saat itu dibentuk 16 KWT di 16 kecamatan di Kota Semarang.

“Setiap kecamatan memiliki 1 kelompok wanita tani. Di Purwosari sendiri berjumlah 20 orang. Pertama kali ada dropping tanaman organik dan hidroponik dari Dinas Pertanian. Untuk tanaman organik ditempatkan di sekitar rumah Pak Yoso. Sedangkan tanaman Hidroponik di sekitar rumah Pak Sukisno,” katanya.

Pertama kali dibantu tiga jenis bibit, yakni terong, cabai dan tomat oleh Dinas Pertanian Kota Semarang. Masing-masing jenis tanaman 50 bibit dalam bentuk polybag. Warga diperkenalkan cara pengelolaan, perawatan, termasuk penggunakan alat teknologi pengelolaan tanaman hidroponik tanpa menggunakan tanah.

“Setelah kami kembangkan, sekarang ada ratusan jenis tanaman seperti cabai, tomat, terong, seledri, sawi, onclang, kangkung, kol, mint, dan lain-lain. Bahkan setiap anggota juga menanam sayur mayur di rumah masing-masing,” katanya.

Rata-rata panen tiga bulan sekali. Setelah panen kemudian dijual ke warga, dan PKK Kelurahan. “Hasilnya dimasukkan ke kas untuk kebutuhan pengembangan hidroponik, yakni menanam tanpa menggunakan tanah,” katanya.

Ia mengakui pemasarannya belum bisa menjangkau keluar. “Hanya saja, belakangan ini telah menyuplai kebutuhan sayuran untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KRMT Wongsonegoro. Saat ini yang sudah bisa menghasilkan secara ekonomi di tanaman organik, seperti terong, cabai, tomat dan lain-lain. Sedangkan untuk hidroponik belum,” katanya.

Hal yang menjadi kendala adalah hama. Terutama hama kutu kebul yang menyerang daun. “Daun digerogoti secara perlahan-lahan. Nutrisi tanaman habis hingga mengakibatkan daun kering. Hama ini hampir menyerang di semua jenis tanaman organik,” katanya.

Kendala lain adalah pengelolaan tanaman hidroponik yang membutuhkan perhatian secara berkelanjutan. “Merawat tanaman hidroponik ini kalau dalam istilah Jawa seperti ‘ngopeni bayi’. Jadi, perawatannya sangat riwil setengah mati. Mulai dari benih, bibit hingga menjadi tanaman. Itu banyak sekali kendalanya, misalnya kena hujan saja dia akan mati,” katanya.

Tetapi prinsipnya, lanjut Nunung, setiap tanaman yang dirawat harus tumbuh berkembang. “Kalau ada yang mati adalah tanggungjawab kami untuk mengganti agar bisa tumbuh lebih banyak lagi. Atas ketekunan merawat tanaman, pada 2017 mendapat Juara III lomba budidaya tanaman hidroponik se-Kota Semarang,” katanya.

Anggota Komisi VI DPR RI, Juliari P Batubara, saat meninjau aktivitas KWT Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, memberi apresiasi atas ketekunan dan kreativitas ibu-ibu tersebut.

“Ini menginspirasi komunitas atau warga lain untuk melakukan aktivitas ekonomi secara produktif. Sehingga bisa menambah penghasilan keluarga mereka,” katanya.

Menurutnya, kreativitas produktif seperti ini harus dikembangkan. Perlu mendapat dukungan, baik dalam permodalan maupun pemasaran. “Kalau mengenai bantuan, kami dari anggota DPR RI sifatnya bantuan pribadi. Misalnya untuk kebutuhan yang wajar dan kami siap membantu ya kami bantu,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto