SEMARANG (jatengtoday.com) – Penari kawakan asal Semarang, Yoyok Bambang Priyambodo punya cara sendiri dalam memperingati Hari Tari Dunia di tengah pandemi corona. Pengasuh Sanggar Greget ini tak lagi menggelar pagelaran tari besar seperti tahun-tahun sebelumnya. Dia memilih memberikan ‘hadiah’ untuk mendiang Dalang Ki Narto Sabdo.
Ki Narto Sabdo memang menjadi idola Yoyok. Karya-karya gending dan tembang yang dilahirkan dalang kondang ini masih digunakan para seniman dan budayawan hingga sekarang.
“Ki Narto Sabdo itu banyak sekali membuat karya, gending, tembang yang bernuansa Semarangan. Bagi saya hal itu harus kita ugemi dan terus diwariskan. Agar masyarakat Semarang tidak lupa siapa beliau,” jelasnya, Kamis (30/4/2020).
Pengasuh Sanggar Greget Semarang itu menambahkan, selama ini banyak masyarakat yang kurang memahami karya-karya Ki Narto Sabdo. Baginya, hal itu mesti menjadi catatan penting bagi banyak pihak.
Menurutnya, penghargaan kepada Ki Narto Sabdo bukan hanya namanya dipakai untuk gedung saja. Melainkan dengan upaya lain seperti membedah karya beliau serta menginterpretasikan karya tersebut.
Yoyok pun merasa perlu adanya pencatatan dan pengumpulan karya Ki Narto Sabdo secara utuh. Kemudian, bisa dipelajari melalui workshop atau pelajaran di sekolah melalui fasilitas pemerintah.
“Dengan demikian progresnya bisa terlihat. Semarang sudah memiliki warisan yang luar biasa. Namun, kurang digarap maksimal. Saya rasa perlu ada festival gending, tembang, atau macapat karya beliau, difasilitasi oleh pemerintah,” katanya.
Yoyok akan mengusung karya-karya Semarangan Ki Narto Sabdo kepada pihak lain di luar Semarang. Dengan kerjasama antara pihaknya dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dirinya bisa mengajak akademisi untuk turut membedah karya-karya Semarangan Ki Narto Sabdo.
“Jadi apresiasi kita nanti bukan hanya menilai bahwa karya itu bagus. Namun juga bisa memahami bagaimana Ki Narto Sabdo membuat gending atau tembang yang bernuansa Semarangan. Unsur budaya apa saja yang dipakai, bisa kita gali,” tandasnya.
Dalam sajiannya, dia mempersembahkan tari mengenai refleksi atas karakter wayang yang dibeberkan Ki Narto Sabdo mengenai angkara murka.
Digambarkan dengan bentuk raksasa baik, Durga yang dibawakan oleh Sangghita Anjali serta Buta Cakil oleh Mahendra. Sementara tatanan musiknya digarap oleh Sudarsono. (*)
editor: ricky fitriyanto