SEMARANG (jatengtoday.com) – Lomba Tari SEC yang seharusnya digelar di Taman Indonesia Kaya Semarang, Jumat (20/12/2024) batal digelar. Alasannya, karena panitia tidak siap. Ketidaksiapan tersebut tampak dari soundsystem pengiring tari, tidak ada di lokasi lomba.
Para peserta yang dijadwalkan manggung, jelas kecewa. Pasalnya, mereka sudah terlanjur bayar uang pendaftaran dan sewa pakaian. Panitia pun dituding tidak bertanggung jawab karena tidak ada seorang pun yang datang.
Suasana terkatung-katung ini membuat peserta yang telah siap tampil dan latihan berhari-hari menjadi gerah dan berujung kemarahan.
Mereka akhirnya berbondong-bondong ke Kantor Gubernur Jateng untuk menanyakan akan hal tersebut, apalagi oleh panitia dijanjikan Piala dari Gubernur Jateng. Kemarahan pun menjadi ketika diperoleh keterangan bahwa Gubernur Jateng tidak memberikan piala atau apapun terhadap lomba tersebut.
Koordinator Korban Lomba Tari ‘Abal-abal’, Fandy Susilo Wibowo (30) akhirnya membuat pengaduan ke SPKT Polda Jateng,. Hal ini dikarenakan setelah seminggu ditunggu tidak ada upaya panitia untuk menyelesaikan tanggungjawabnya kepada peserta.
“Kami ini sudah rugi banyak hal. Selain telah membayar beaya pendaftaran, juga selama ini telah menggelar latihan yang tidak sedikit beaya dikeluarkan. Selain itu juga mengeluarkan beaya sewa kostum dan rias, maka ini harus diselesaikan karena menyangkut peserta yang jumlahnya mencapai 178 orang dari 35 kelompok,” ujar Fandy.
Terpisah, Pegiat Tari Indonesia, Dr Yoyok Bambang Priyambodo yang juga pendiri sekaligus pengasuh Sanggar Greget Semarang merasa prihatin atas kejadian tersebut.
“Saya bisa merasakan kekecewaan para peserta dimana telah bersemangat mengikuti lomba, namun saat datang mendapati ketidaksiapan panitia menyelenggarakan lomba sebagaimanya mestinya. Ironinya, ini tidak segera dijelaskan dan diselesaikan secara baik-baik hingga akhirnya panitia diadukan ke kepolisian. Jelas ini telah menciderai semangat pelestarian tari sebagai salah satu cagar seni budaya bangsa,” ujar Yoyok Bambang Priyambodo saat ikut hadir menemui para korban sebagai upayanya menyampaikan ikut prihatin dan mencarikan solusi terbaik.
Yoyok mengaku tahu kejadian tersebut setelah membaca berita di media dan mendapat laporan dari siswa-siswi didiknya tentang adanya lomba tari yang gagal digelar dan panitianya diprotes karena peserta sudah menyetor uang pendaftaran dan tak ada tanggungjawab penyelesaian.
“Barusan saya dapat info dari wartawan tentang adanya rencana pelaporan ke kepolisian, maka saya ke sini ingin mencari tahu duduk masalahnya dan mencari solusi terbaik untuk para korban. Saya juga telah menelpon Kasi Bidang Kesenian Pemkot Semarang untuk membantu dan memfasilitasi penyelesaian dengan mempertemukan korban dengan panitia,” ujar Yoyok.
Hal ini menurut Yoyok harus segera diselesaikan supaya semangat para peserta, orang tua dan pengelola sanggar tidak kendor. “Mereka harus kita perjuangkan, karena ditangan mereka lah terletak masa depan kesenian, terutama tari sebagai seni budaya yang kita banggakan dan lestarikan,” tegas Yoyok.
Maestro Tari Tradisional Indonesia ini juga meminta agar panitia bertanggungjawab dengan menemui para korban untuk menjelaskan, dan menyelesaikan tanggungjawabnya. Konsekuensi dari kegagalan lomba ini tentunya adalah hilangnya kepercayaan terhadap panitia dan siapapun nama yang terlibat dalam penyelenggaraan event gagal tersebut. (*)
