in

Maestro Tari Yoyok B Priyambodo Beberkan Perlunya Sikap Kritis Seniman saat Proses Penciptaan Karya

MAGELANG (jatengtoday.com) – Cara berpikir kritis diperlukan bagi seorang seniman dalam proses pembuatan karya. Hal itu disampaikan maestro tari, Yoyok Bambang Priyambodo saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk “Pembentukan Karya Seni” di Hotel Atria Kota Magelang, Sabtu (1/12/2024). Yoyok menegaskan, seniman harus bisa berpikir kritis selain mengedepankan rasa dan karsa.

Menurutnya, melakukan riset sebelum menciptakan sebuah karya, adalah bentuk seniman berpikir kritis.

“Saya rasa, riset itu sangat diperlukan kalau seorang seniman (penari) hendak menciptakan karya. Meskipun ada unsur intuisi yang kuat, namun harus dibarengi dengan itu (riset) agar, karya yang kita ciptakan punya landasan, baik secara spiritual maupun akademis,” kata Yoyok.

Pengasuh Sanggar Greget Semarang itu menjelaskan proses penciptaan karya memakan waktu sangat lama. Oleh karenanya, seniman wajib disiplin terhadap manajemen waktu. Agar, lanjutnya, cukup waktu untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap karya.

“Saya rasa itu perlu. Andai saja ada target  karya harus selesai berapa lama, kita bisa mengelola waktunya. Setelah jadi, nanti masih ada kurasi, penilaian, evaluasi yang saya rasa juga tidak kalah penting. Agar saat karya kita sajikan menjadi berkualitas dan mengedukasi masyarakat,” paparnya.

Menambahkan, Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang  Sugeng Priyadi, SE., mengatakan pihaknya berupaya mendorong para seniman untuk mengenal metodologi penciptaan karya. Menurutnya, melalui cara berpikir seperti itu, maka karya yang diciptakan seniman akan memiliki kualitas. Oleh karenanya, kegiatan pelatihan semacam ini menjadi perhatian pemerintah.

Sugeng menjelaskan, kegiatan pelatihan ini adalah lanjutan dari pelatihan-pelatihan sebelumnya. Dengan runtutan yang berjenjang, dia mengharapkan seniman yang mengikuti pelatihan sejak awal bisa membangun kapasitas mereka, termasuk penciptaan karya.

“kita memang menata mindset, berkarya itu seperti apa. Setelah punya mindset, kan harus diwujudkan. Salah satu medianya adalah karya. Nanti kalau sudah kita sepakati, ya kita siapkan. Kita wujudkan pertunjukkan, event,”kata Sugeng.

Lebih jauh, Sugeng menjelaskan seniman sangat perlu disiplin juga menata waktu. Agar, penciptaan karya tidak memakan waktu yang lama. Maka itu, dia menilai proses pembuatan karya perlu dibarengi dengan riset. Supaya, waktu yang dibutuhkan bisa efisien.

“kita punya literatur pustaka, manuskrip, kita ada. Sekarang tinggal riset karya yang mana. Misalkan, ini gendingnya perlu apa, karya perlu apa, kalau kita melalui proses manajemen karya itu akan panjang. Jadi kita perlu proses pertunjukkan dan riset sambil jalan. Kita ada banyak, profesional yang bisa melakukan kurasi. Proses riset berjalan berbarengan dengan penciptaan karya,” paparnya. (*)