in

Pedas, Polisi Dapat Rapot Merah di Forum Seminar UIN Walisongo

Para mahasiswa menilai aparat kepolisian saat ini telah menjelma sebagai alat bagi oligarki untuk melancarkan kepantingan korporasi.

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang memberikan rapot merah kepada institusi Polri di sebuah acara seminar di UIN Walisongo Semarang, Rabu (11/10/2023). (ist)

SEMARANG (jatengtoday.com) – Kegiatan seminar silaturahmi dan pembekalan mahasiswa yang diselenggarakan oleh Birokrasi UIN Walisongo Semarang dengan mendatangkan pejabat Direktorat Pembinaan Masyarakat (Ditbinmas) Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Wawan Kurniawan dan Kepala Kesbangpol Jateng Haerudin di Kampus UIN Walisongo Semarang, diwarnai aksi mengejutkan, Rabu (11/10/2023).

Di forum itu, para mahasiswa tiba-tiba melakukan aksi “usil” dengan memberikan rapot merah kepada perwakilan pejabat polisi yang menjadi narasumber di seminar tersebut. Ini menjadi kritikan pedas bagi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) karena dinilai menjadi salah satu institusi negara yang memperburuk iklim demokrasi.

“Kami memberikan rapot merah kepada institusi Polri karena selama ini menjadi bagian aktor dalam setiap pembungkaman, perampasan ruang hidup, hingga membunuh rakyat yang tidak berdosa,” tegas Presiden DEMA-U 2023 UIN Walisongo Semarang Muhammad, Faris Balya.

Prestasi buruk kepolisian itu dapat dilihat dari munculnya sederet kasus, mulai dari represivitas aparat di kasus Wadas, tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 korban jiwa, represivitas aparat di Pulau Rempang, penembakan di Bangkal, kasus agrarian Air Bangis, Kerusuhan Dago Bandung, dan lain sebagainya.

“Pada saat ini, kepolisian adalah salah satu lembaga yang dilaporkan tiga kali atas kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),” katanya.

Maka dari itu, lanjut dia, pihaknya memberikan piagam atas rapot merah kepada kepolisian. Para mahasiswa menyatakan tidak akan pernah memberi kesempatan sedikit pun bagi pihak mana pun yang melakukan kekerasan, represivitas, perampasan, apalagi pembunuhan.

“Tidak akan pernah ada normalisasi bagi para penjahat negara. Aparat kepolisian saat ini telah menjelma sebagai alat bagi oligarki untuk melancarkan kepantingan korporasi,” ungkapnya.

Aksi ini bermula dari perwakilan DEMA yang masuk kedalam ruangan seminar, seolah-olah menjadi peserta seminar. Mereka mengikuti seminar hingga akhir penyampaian materi oleh para narasumber. Tepatnya di saat sesi tanya jawab, presiden mahasiswa mengacungkan tangan dan berbicara di hadapan forum.

Serempak, aksi itu diikuti mahasiswa yang lain untuk berdiri sembari membentangkan poster protes terhadap kepolisian sembari melakukan orasi. Para mahasiswa yang lain pun turut berdiri untuk membentangkan poster kecaman dan kekecewaan.

Usai penyerahan sertifikat “rapor merah” kepada pejabat polisi tersebut, masa aksi yang tergabung dalam perwakilan DEMA universitas dan fakultas meninggalkan ruangan. Mereka menyampaikan pernyataan sikap atas represivitas dan kebengisan institusi Polri dalam sederet kasus yang terjadi belakangan ini. (*)

Abdul Mughis