SEMARANG (jatengtoday.com) – Perbuatan perundungan atau bullying ternyata masih saja ditemui di institusi pendidikan. Belakangan diketahui, salah satu siswa SD di Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, mendapat intimidasi dari temannya hingga mengalami trauma.
Mendengar hal itu, anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Rumah Pejuang Keadilan Indonesia (Rupadi), Fandila Susanti dan Ketua Kartini Karang Taruna Kota Semarang, Okky Andaniswari mengunjungi rumah korban yang berinisial P.
Fandila bersama Oky mengaku tambah terkejut setelah mendapat cerita dari nenek korban yang bernama Anifah. Menurutnya, bullying sudah terjadi sejak korban masih duduk di kelas 1 SD, saat ini sudah kelas 2.
“Akibat perlakuan kurang menyenangkan dari beberapa teman satu kelasnya membuat korban trauma untuk berangkat sekolah lagi,” ucap Fandila dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/12/2019).
Korban sendiri sehari-hari tinggal bersama nenek dan kakeknya karena sejak bayi sudah ditinggal oleh ayah kandungnya. Sedangkan ibu korban hanya bekerja di kantor koperasi di Semarang.
Saat ditemui, katanya, korban masih mengingat teman-temannya yang selalu jahil. “Bahkan, bullying yang diterima korban tidak hanya berupa perkataan kasar, tetapi juga kekerasan fisik,” imbuhnya.
Parahnya, kekerasan fisik berupa pemukulan dilakukan beberapa kali. Ada yang menggunakan kayu sehingga membuat kening korban berdarah dan harus dibawa ke Puskesmas Ngaliyan pada November 2019 lalu.
Akibat kejadian itu, korban sampai menderita demam tinggi. Nenek korban sempat memutuskan untuk mencari sekolah lain. Tapi pihak sekolah pernah mendatanginya dan meyakinkan kalau tidak akan terjadi bullying lagi.
Nenek korban juga sudah meminta bantuan kepada Dinas Pendidikan Kota Semarang. Namun belum ada kepastian untuk cucunya bisa bersekolah lagi hingga sekarang.
Karena itulah, Fandila mewakili LBH Rupadi dan Oky dari Kartini Karang Taruna mempertemukannya dengan Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman, berharap bisa memberi solusi untuk permasalahan ini. (*)
editor : ricky fitriyanto