in

Mengintip Balik Layar Artis Film Rembulan Tenggelam di Wajahmu

SEMARANG (jatengtoday.com) – Eksotisme gedung tua di kawasan Kota Lama Semarang kerap mencuri perhatian insan perfilman Indonesia. Sejumlah film layar lebar Indonesia mengambil lokasi syuting di tempat tersebut.

Sebut saja adegan demonstrasi di film Kolosal Soe Hok Gie, yang dibintangi Nicholas Saputra yang mengambil latar belakang gedung kuno di Kota Lama Semarang. Selain itu sederet film seperti Tanda Tanya, Soekarno, Telegram, Wage, Kala, Ayat-ayat Cinta, Di Bawah Lindungan Kabah, Sang Kiai, dan Soegija, mengambil lokasi syuting di Kota Lama Semarang.

Kali ini, film layar lebar berjudul “Rembulan Tenggelam di Wajahmu” yang digarap rumah produksi Max Pictures memilih bekas kantor Netherlands Handel Maatschappij (NHM), salah satu korporasi terbesar masa kolonial Hindia Belanda yang dibangun sejak 2 Agustus 1908. Gedung itu saat ini digunakan sebagai Kantor Cabang Bank Mandiri Kota Lama.

Sejumlah artis ternama turut meramaikan syuting film tersebut. Diantaranya Donny Alamsyah, Juan Bione Subiantoro, Arifin Putra Scheunemann, Dodit Mulyanto, Anya Geraldine, dan Donny Damara Prasadhana.

Proses syuting film dan kehadiran sejumlah bintang film nasional di kawasan Kota Lama itu sempat menjadi perhatian pengunjung. Tampak sejumlah warga menyaksikan proses syuting dari kejauhan. Sebab, proses syuting berlangsung secara tertutup di dalam gedung Bank Mandiri Kota Lama.

“Penasaran aja, pengin lihat proses syuting film,” kata salah satu pengunjung Kota Lama Semarang, Dewi Meisanti (23), Kamis (26/7) malam.

Ia mengaku baru pertama kali melihat proses pembuatan film. “Wah, ternyata kru filmnya banyak banget. Peralatannya, mulai dari kamera, lighting, hingga monitor editing, sangat banyak. Penasaran pengin lihat hasilnya seperti apa,” katanya.

Tidak hanya itu, sejumlah pengunjung berusaha mencuri kesempatan bertemu artis untuk sekadar meminta tanda tangan. Bahkan ada pengunjung yang meminta kepada salah satu artis mengambil video ucapan selamat ulang tahun untuk dipersembahkan kepada orang yang disayangi.

Volunteer Kota Lama, Yoyok Kusri Handoyo mengatakan, ini syuting film yang kesekian kalinya di kawasan destinasi andalan Semarang tersebut. “Mereka memilih gedung Bank Mandiri karena, setting bangunannya sesuai kebutuhan lokasi di naskah. Saat adegan tokoh Ray dan Plee berlari dikejar petugas membutuhkan setting gedung era 1980-an,” katanya.

Syuting tersebut tidak hanya dilakukan di kawasan Kota Lama. Tetapi juga dilakukan di beberapa lokasi lain, seperti di Apartemen Permata Puri Ngaliyan, Rumah Sakit Telogorejo dan Pelabuhan Tanjung Emas. “Film ini juga melibatkan pemeran figuran yang dicasting di Kota Semarang. Castingnya dilakukan pada 29 Juni – 4 Juli 2018 lalu di Gedung Monod Diephuis,” katanya.

Film Rembulan Tenggelam di Wajahmu, mengisahkan perjalanan hidup seorang lelaki sejak muda hingga usia senja. Lelaki yang kenyang akan pengalaman hidup. Sejak masih remaja hidup liar, kabur dari panti asuhan, hidup di terminal, berjudi dan memanfaatkan seorang temannya yang bekerja sebagai penjaga toilet. Masalah demi masalah bermunculan. Rekannya dibunuh hingga remaja itu mengutuk dirinya sendiri.

Saat berusia 18 tahun, ia pergi dari rumah singgah dan mulai mengamen di kereta. Hidup sendirian di pinggiran kota. Ia berkenalan dengan seorang lelaki berusia 40 tahun. Persahabatan keduanya membawa babak baru. Remaja itu justru masuk ke dalam dunia kriminal tingkat tinggi. Keduanya menuntaskan sebuah perampokan terbesar.

Di usia 26 tahun, lelaki itu pergi ke kota besar. Karirnya melesat dengan cepat. Lelaki itu dipertemukan dengan sosok perempuan yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali hingga kemudian dinikahi di usia 29 tahun. Hidupnya membaik. Apalagi ia kemudian dekat dengan konglomerat asal kota tersebut.

Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Istrinya meninggal saat melahirkan anak pertama. Bayi mereka juga tak bisa bertahan hidup. Hal itu membuat lelaki itu kembali terpukul.

Namun karirnya tetap menanjak. Di usianya yang ke 40 tahun, ia berhasil membangun gedung tertinggi yang ia persembahkan kepada mendiang istrinya. Usianya 60 tahun, lelaki itu menjadi seorang pemilik perusahaan raksasa. Kaya raya, terpandang, disegani. Tetapi sendirian dan sekarat. Hingga usia senja, dia diliputi teka-teki misteri Tuhan. (abdul mughis)

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis