in

Guru Mau Belajar Jadi Kunci Sukses Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar

Dengan pola belajar dengan pemakaian kurikulum merdeka seperti itu, diharapkan para siswa dapat meresapi apa yang sedang dipelajari.

Pelatihan pedagogik matematika dijalani para guru menyongsong penerapan kurikulum merdeka belajar. (istimewa)

DEMAK (jatengtoday.com) – Mengubah mindset agar guru mau belajar secara mandiri tidak semudah membalik telapak tangan. Para pengawas harus berjibaku melakukan pendampingan secara intensif bagi para guru yang masih minim pengetahuan terkait penerapan kurikulum merdeka tersebut.

Ketua Kelompok Kerja Pengawas Sekolah Dasar (SD), Suwarjo menyampaikan, selain masih rendahnya kemauan guru untuk belajar mandiri, tantangan penerapan kurikulum belajar saat ini adalah kurangnya jumlah kepala sekolah yang bertugas di SD.

“Jumlah kepala sekolah kurang. Ini menjadi problem saat ini. Kalau keberaraan guru barangkali sudah cukup dengan adanya rekruitmen pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). Karena itu, tinggal keberanian Pemkab Demak untuk mengangkat kepala sekolah dan pengawas,” katanya.

Suwarjo mengatakan, tugas untuk pelaksanaan kurikulum merdeka belajar diakui harus lebih keras lagi. Sebab, kurikulum ini harus merubah mindset guru dalam hal proses belajar mengajar.

“Kuncinya, guru harus mau belajar. Sekarang ini kan guru merasa di zona nyaman. Sehingga enggan belajar lagi. Padahal, ilmu terus berkembang. Maka, semua harus mau belajar. Pola belajar atau mengajar juga harus berubah,” katanya.

Menurutnya, jika dulu guru saat mengajar ibarat memberi ikan, maka sekarang bagaimana anak didik mau mencari sendiri referensi belajar baik dari internet, perpustakaan, dari alam atau lingkungan sekitar yang kemudian dipresentasikan.

Dengan pola belajar dengan pemakaian kurikulum merdeka seperti itu, diharapkan para siswa dapat meresapi apa yang sedang dipelajari.

Dampak positif dari proses pembelajaran akan dapat dirasakan langsung. Yaitu, bagaimana cara menghadapi masalah yang kemudian dicarikan solusinya dari kreativitas yang ditemukan di lapangan secara langsung.

Seperti diketahui, kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Ini diberlakukan dengan maksud agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya.

Bila dibandingkan dengan kurikulum 2013, maka kurikulum merdeka belajar menggunakan panduan pembelajaran  intrakurikuler antara 70-80 persen dan kokurikuler antara 20-30 persen melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila.

Sedangkan, pembelajaran kurikulum 2013 lebih fokus pada intrakurikuler  tatap muka dengan pola pembelajaran di ruang kelas.

Seperti diketahui, tujuan kurikukum merdeka adalah agar satuan pendidikan dapat mengatur waktu dan pengajaran mata pelajaran di sekolah untuk memudahkan siswa dalam mencapai pembelajaran sesuai fase. Karena itu, pemerintah memberikan alokasi waktu pembelajaran per tahun.

“Bagaimanapun, kurikulum merdeka belajar ini adalah sistem kurikulum baru sehingga butuh kesiapan yang matang untuk pelaksanaannya. Karena itu, kita siapkan betul program yang ada termasuk membekali para guru maupun pengawas agar tetap bisa mensukseskan pelaksanaan kurikulum merdeka tersebut,” ujarnya.

Menurutnya, antusiasme pelaksanaan kurikulum merdeka belajar di Kabupaten Demak cukup tinggi. Banyak sekolah yang bersiap menerapkan kurikulum baru tersebut. Karena itu, para guru juga dibekali dengan kemampuan teknologi maupun pedagogik yang mumpuni.

“Kita ingin penerapan kurikulum merdeka bisa berjalan dengan baik. Maka, kita sebagai pengawas selalu memberikan motivasi supaya guru tetap bersemangat dalam mengajar dengan penuh keikhlasan,” ujarnya. (*)

Ajie MH.