DEMAK (jatengtoday.com) – UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak melalui Ahmad Widodo memaparkan rencana tahun 2023 mendatang untuk mengajari anak didik yang belajar ke Museum Glagah Wangi Demak untuk membuat wayang suket atau wayang dari rumput, (15/8).
Menurutnya belajar keterampilan membuat wayang rumput sebagai upaya mengedukasi anak didik tentang budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia masa lampau.
“Tahun yang akan datang besok tahun 2023 saya akan menyelanggarkan keterampilan membuat wayang dari rumput, sekaligus memperkenalkan anak-anak itu kaitannya budaya peninggalan nenek moyang kita, sekaligus mereka memiliki pengetahuan cara membikin, kita kembali lagi ke jadul itu asyik,” papar Widodo.
Jelasnya, pelatihan keterampilan tersebut penting lantaran apabila belajar di Museum Glagah Wangi Demak hanya memperkenalkan koleksi-koleksi yang ada maka kurang berisi, untuk itu perlunya diajarkan keterampilan yang berkaitan dengan budaya peninggalan nenek moyang.
“Belajar di museum itu kaitannya pengenalan anak-anak di museum, koleksi-koleksi, karena kalau hanya pengenalan itu saja kurang berisi. Kalau tahun ini anak SMP diajarkan membuat candi,” ujarnya.
Seperti diketahui, pada tahun 2022 ini anak didik jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) diajarkan keterampilan menyusun candi dari batu merah dengan menggunakan teknik perekat yiyit (debu batu bata merah) yang dipadukan dengan injit (gamping untuk jenang). Sedangkan untuk anak didik jenjang Sekolah Dasar (SD) diajarkan keterampilan merawat dan menyusun buku yang rusak.
Kaitannya belajar di museum, Widodo menyebut tidak hanya dilakukan oleh anak didik. Namun pada kesempatan itu para guru yang datang juga ikut belajar bersama di Museum Glagah Wangi yang beralamat di Jalan Sultan Fatah, Kauman Bintoro, Demak atau masih satu komplek dengan Dinas Pariwisata Demak.
“Tidak hanya muridnya, pak guru, bu guru pun yang datang ikut pelatihan, maslahnya mungkin besok andaika kata tidak ke sini bisa ditularkan ke anak-anak yang ada di sekolahan,” ucapnya.
Ahmad Widodo menambahkan, para siswa harus tahu sejarah dan budaya warisan leluhur nenek moyang untuk digali dan dikembangkan lagi di era saat ini.
“Inilah pentingnya belajar bersama di museum, termasuk yang dulu dipraktikkan para leluhur ketika membuat candi. Bagian dari pembumian ilmu pengetahuan yang bisa ditularkan kepada generasi ke generasi,” tukasnya. (*)