in

Belajar di Museum, Guru dan Anak Didik Diajak Praktik Membuat Replika Candi Bata Merah

Kegiatan belajar di museum diikuti oleh ratusan siswa-siswi SD dan SMP yang ada di Kabupaten Demak secara bertahap. Terhitung untuk jenjang SMP mencapai kurang lebih 300 anak.

Pemandu Museum Glagah Wangi Demak, Ahmad Widodo swafoto bersama anak-anak SMP semabri menunjukkan susunan replika candi batu bata merah. (istimewa)

DEMAK (jatengtoday.com) – Ratusan pelajar di Kabupaten Demak belajar bersama di Museum Glagah Wangi, tidak hanya pengenalan koleksi museum dan edukasi sejarah, mereka juga diajak praktik untuk membuat replika susunan candi dari batu bata merah.

UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud Demak) melalui pemandu Museum Glagah Wangi, Ahmad Widodo mengatakan, belajar bersama di museum adalah pengenalan koleksi-koleksi yang ada dan untuk tahun ini juga diberikan keterampilan membuat susunan candi dari batu bata merah.

“Kalau hanya koleksi-koleksi saja tanpa diberi keterampilan kan kurang berisi, maka kita umpamakan orang seperti zaman dulu membuat arca. Ada yang mengatakan pakai telur menempelnya pakai apa-apa kita gunakan pakai yiyit ternyata bisa, dan itu saya juga belajar dari Prambanan, kalau tidak tahu nanti ya salah kita belajar di Borobudur tanya-tanya teman,” katanya saat ditemui di Museum Glagah Wangi Demak, beberapa waktu lalu.

Jelasnya, sebelum menyusun batu bata merah dimulai dengan proses mencari yiyit debu bata merah sebagai bahan baku pelekat bata yang dipadukan dengan injit (gamping untuk jenang).

Adapun untuk praktik membuat replika susunan candi batu bata merah tersebut diperuntukkan untuk siswa jenjang SMP. Sedangkan untuk jenjang SD diberikan materi pelatihan perawatan buku.

“Itu tidak hanya muridnya, Pak Guru pun Bu Guru yang datang ikut latihan, masalahnya besok andai kata tidak ke sini bisa ditularkan anak-anak yang ada di sekolahan. Ini juga begitu mereka menyimak,” terangnya.

Kegiatan belajar di museum, lanjut Widodo, diikuti oleh ratusan siswa-siswi SD dan SMP yang ada di Kabupaten Demak secara bertahap. Terhitung untuk jenjang SMP mencapai kurang lebih 300 anak.

“Setiap hari kita ambil itu setiap sekolah SMP perwakilan, jadi bergilir satu kabupaten,” ujarnya.

Ahmad Widodo menambahkan, untuk periode yang akan datang ia akan menyelanggarajan keterampilan membuat wayang dari rumput, dengan maksud memberikan edukasi kepada anak-anak.

“Sekaligus memperkenalkan anak-anak itu kaitannya dengan budaya, peninggalan nenek moyang kita, sekaligus dia itu memiliki pengetahuan cara membuat. Kita kembali lagi ke zaman dulu, itu asyik” tukasnya. (*)

Ajie MH.