SEMARANG (jatengtoday.com) – Ketua Komite Mata Nasional (Komatnas), Andy Flores Noya berupaya menurunkan prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan di Jateng yang mencapai 2,7 persen. Karena itu, pihaknya menggandeng sejumlah pihak untuk menggelar operasi katarak guna menurunkan angka kebutaan.
Pihaknya juga mendapat tugas dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan.
“Bahwa tingkat kebutaan di Indonesia itu, yang tertinggi kedua di dunia setelah Ethiopia. Dengan kondisi seperti itu, maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan merasa harus fokus pada upaya menurunkan angka kebutaan. Karena ternyata dari angka kebutaan yang ada itu, 80 persen diakibatkan katarak,” jelasnya saat melakukan audiensi ke Dinas Kesehatan Jateng, Selasa (24/6/2019).
Upaya itu merupakan bagian dari target Indonesia mencapai Vision 2020-The Right to Sight, untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Tanah Air.
Pihaknya mengapresiasi kebijakan yang telah dilakukan Dinkes Jateng untuk menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan. Sebab, Dinkes Jateng terus aktif menyiapkan tenaga medis untuk bidang kesehatan mata.
“Ini upaya dalam mendukung rencana kerja pemerintahan yang akan datang, berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia berkualitas,” jelasnya.
Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, data prevalensi kebutaan di provinsi ini mencapai 2,7 persen dengan penyebab kebutaan tertingginya adalah katarak sebesar 73,8 persen. Data tersebut didapat dari hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB).
Menurutnya, upaya pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan di Jateng dimulai dari pengobatan rutin sampai dengan rehabilitasi.
“Dari sisi prevalensi gangguan penglihatan terutama kebutaan ini, memang Jateng salah satu provinsi yang cukup tinggi. Dan dari sisi jumlah, juga banyak karena penduduk Jawa Tengah banyak,” tegasnya.
Lebih lanjut Yulianto menjelaskan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi tentang penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan kepada masyarakat. (*)
editor : ricky fitriyanto