PATI (jatengtoday.com) – Agrowisata Jollong, Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati menjadi opsi destinasi wisata alam. Tak hanya menyuguhkan hamparan perkebunan kopi, jeruk, dan buah naga saja. Kebun yang dikelola PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX ini juga menyediakan paket wisata keluarga.
Awalnya, Jollong sekadar kebun kopi peninggalan zaman kolonial Belanda. Karena melihat ada potensi wisata alam, pada 2012 silam, PTPN IX coba membuat sejumlah spot foto dan fasilitas tambahan untuk menunjang pariwisata. Kebun holtikultura pun dibuka.
Kini, perkebunan yang berada di 650-900 meter di atas permukaan laut (dpl) ini memiliki 233 hektare kebun kopi, 29 hektare kebun buah naga, dan 44 hektare kebun jeruk keprok dan jeruk pamello.

Tersedia angkutan berkapasitas 11 orang untuk berkeliling. Tarif sewanya, Rp 150 ribu jika hanya keliling kebun jeruk. Kalau ingin ke Air Terjun Grenjengan atau bukit naga, tempat kebun buah naga, Rp 250 ribu. Memang lebih mahal karena jaraknya lebih jauh. Bisa ditempuh dalam 1 jam perjalanan.
“Kalau mau masuk kebun naga, ada tarifnya lagi Rp 7 ribu per orang,” jelas Asisten Kepala Agrowisata Jollong, Nurdiyanto saat ditemui, Kamis (4/4/2019).
Untuk masuk ke kebun, wisatawan tidak perlu merogoh kocek lagi. Pasalnya, meski kebun sedang panen, wisatawan dilarang memakan buah di tempat. Harus ditimbang dulu.
Nurdiyanto menjelaskan, konsep makan sepuasnya di kebun memang belum disediakan. Alasannya, menunggu kebun panen raya dulu.
“Makan sepuasnya di kebun pasti ada. Tapi belum,” terangnya.
Selain keliling kebun, pengunjung bisa menikmati hamparan taman buatan yang letaknya hanya selemparan batu dari tempat parkir. Di taman itu, disediakan beberapa gazebo dan tempat duduk untuk beristirahat sembari menikmati pemandangan.
Sejumlah spot foto juga disuguhkan secara gratis. Ada tulisan ‘Agrowisata Jollong’ di sisi bukit yang menjadi ikon destinasi ini. Spot ini menjadi favorit pengunjung untuk foto-foto. Selain itu, ada juga vespa antik berwarna kuning, dan sejumlah ornamen dari kayu yang dibentuk khusus untuk foto-foto.
“Kami juga menyediakan paket outbound, kolam terapi ikan, dan taman bunga krisan di rumah kaca. Yang taman krisan akan berbuga pas lebaran nanti. Bagus buat foto-foto,” jelasnya.
Bagi yang ingin menginap, disediakan 3 wisma yang totalnya ada 11 kamar. Wisma tersebut, dulunya merupakan tempat tinggal kepala perkebunan zaman Belanda. Bangunannya masih asli, khas arsitektur kolonial. Tarifnya Rp 850 ribu hingga Rp 1,5 juta.
Dijelaskan, sejak dikemas menjadi objek wisata, pendapatan Agrowisata Jollong meroket. Pada 2015 silam, pendapatannya hanya Rp 128 juta per tahun. Sementara 2018 kemarin, tembus Rp 2,784 miliar. “Tahun 2019 ini, kami targetkan naik menjadi 2,9 miliar,” bebernya.
Mengenai jumlah wisatawan, setiap bulan, Jollong didatangi sekitar 5 ribu-10 ribu wisatawan lokal. “Kalau pas musim liburan, bisa sampai 15 ribu wisatawan per bulan. Kami mendapat banyak support dari Pemkab Pati. Harapannya menjadi destinasi wisata alam andalan di Pati,” terangnya. (*)
editor : ricky fitriyanto