SEMARANG (jatengtoday.com) – Mereka adalah Muhammad Fayiz Adesyifa, Muhammad Farras Geysar, Ibrahim Maulana Pasthyka, Hilza Aidasyifara, dan Mohammad Zidan Fahmi.
Selain itu, Najwa Alya Putri Rahmadhani, Bertram Edria Arkana, Gayatri Shalsabila Widia Putri, Ghani Ayang Arjuna, Belinda Ayu Widia Putri, dan Afita Ardian Kusnanda. Seluruh taekwondoin tersebut berasal dari klub Great Taekwondo Community (GTC) Banyumanik Semarang.
Bukan tanpa alasan mereka yang diterjunkan di kejuaraan tingkat internasional di Kelantan, Malaysia. Ya, karena 11 taekwondoin tersebut sudah pernah mengoleksi medali emas di kejuaraan tingkat nasional.
Sebut saja Afita Ardian Kusnanda yang menyandang predikat the best player Kejuaraan Internasional Taekwondo Paku Alam Cup yang digelar pada 23-24 September 2017 lalu di Jogjakarta. Ardian Kusnanda saat ini masih tercatat sebagai siswi kelas 3 SMP 1 Ungaran, Kabupaten Semarang.
Pendiri Rumah Pancasila dan Klinik Hukum di Kota Semarang, Yosep Parera bangga kepada 11 atlet yang akan berlaga di kancah internasional itu. Sebab, dengan biaya pribadi mereka mau berjuang untuk mengibarkan bendera Merah Putih di kancah internasional.
“Itu luar biasa untuk bangsa dan negara,” ujarnya, Rabu (22/8/2018).
Para atlet itu berangkat ke luar negeri untuk bertanding di turnamen internasional memang diutus klub. Sehingga segala biaya yang dikeluarkan menjadi tanggung jawab pribadi.
Karena itu, dia termotivasi untuk membantu para atlet ini dalam berjuang di kancah internasional. Rumah Pancasila dan Klinik Hukum memberikan bantuan berupa uang saku dan dukungan moril bagi mereka.
“Ini juga sebagai penghargaan kepada para atlet yang mau berjuang di negeri orang. Rumah Pancasila ini bentuk penghargaan kita kepada masyarakat yang tidak mampu, masyarakat yang berprestasi yang tidak dilihat pemerintah,” imbu Yosep yang juga menjabat Ketua UTI Pro Jateng.
Yosep berharap para atlet ini dapat mengukir prestasi di kancah internasional dengan membawa pulang medali. Selain itu, Yosep berharap pemerintah daerah maupun pemprov memberikan penghargaan. Dengan begitu, ke depan mereka punya ruang untuk mampu mengembangkan prestasinya baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional.
Dia menyayangkan negara yang masih lalai ikut andil memperhatikan prestasi anak bangsanya. Seperti yang terjadi di UTI Pro, sebagai organisasi profesional yang seharusnya mandiri, tidak ada bantuan finansial dari negara.
“Atlet-atlet Taekwondo di Indonesia luar biasa. Bahkan kita semua tahu medali pertama yang direbut di Asian Games kemarin adalah dari Taekwondo. Yang jadi masalah adalah regulasi-regulasi yang dikeluarkan pemerintah saat ini sangat menghambat UTI Pro dalam mengembangkan atletnya untuk ikut bertarung dan mengembangkan prestasi,” terangnya.
Saat pelepasan atlet di Dojang GTC Banyumanik, Yosep memimpin doa sebelum melepas para atlet yang akan bertarung di Malaysia nanti agar diberi keselamatan dan prestasi maksimal.
Sementara itu, Pelatih di GTC Banyumanik, Sabeum Rahmat, mengaku telah melakukan persiapan selama 3 bulan terakhir. Latihan intensif dilakukan setiap hari.
“Untuk kejuaraan di Malaysia kami baru awal. Ini kali pertama,” terangnya. (*)
editor : ricky fitriyanto