SEMARANG (jatengtoday.com) – BRT Trans Semarang mulai beralih menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG). Uji coba penggunaan bahan bakar gas telah dilakukan akhir Juli 2018 lalu. Yakni dengan menempuh jarak 16,5 km, menggunakan bus sedang (medium).
Uji coba yang telah dilakukan untuk mengetahui konsumsi penggunaan bahan bakar solar yang terpakai, serta mengetahui performa mesin yang telah terpasang converter gas CNG.
Dari hasil uji coba tersebut, diketaui perbandingan hasil konsumsi bahan bakar minyak dengan bahan bakar standar (hanya solar) membutuhkan 5,5 liter dengan biaya Rp 28.325. Sedangkan untuk bahan campuran (solar + CNG) membutuhkan 1,48 liter solar dan gas CNG 4,02 Lsp dengan biaya total Rp 20.084 (dengan patokan harga gas di Jakarta Rp 3.100).
Konversi bahan bakar yang saat ini diterapkan pada BRT Trans Semarang disambut positif oleh berbagai pihak.
Sebelumnya Pemerintah Kota Semarang menjalin kerjasama dengan Pemerintah Toyama City Jepang dalam program konversi bahan bakar dari Solar menjadi Gas.
Penandatanganan MOU kedua belah pihak telah dilakukan pada 14 Desember 2017. Diharapkan hingga 31 Desember 2018 armada Trans Semarang telah menggunakan bahan bakar gas (BBG).
”Sebanyak 73 bus dari koridor 1, 5, 6, dan 7 mulai dipasang alat konverter BBG”, ujar Kepala Badan Layanan Umum Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan, di kantor Dinas Perhubungan Kota Semarang, Rabu (5/12/3018).
Manfaat dari konversi ini, emisi kendaraan menjadi lebih ramah lingkungan, biaya operasional lebih murah karena penghematan bahan bakar, dan membuat mesin awet.
Menurut Ade, penghematan bisa dilakukan karena dalam operasional armada, biaya bahan bakar gas lebih murah. Pada pemakaian harian di armada ukuran sedang (medium), dibutuhkan rata-rata 80 liter solar dengan harga Rp 5.150 sedangkan dengan Gas hanya dibutuhkan 60 liter (dengan patokan harga gas di Jakarta Rp.3.100) dan solar 21 liter.
”Konversi dari BBM ke BBG ini tidak 100 persen menggunakan gas, kami menggunakan system yang disebut *retrofit* , yakni dapat menggunakan gas dan Solar. Bahan bakar solar digunakan sebagai cadangan” ujarnya.
Ade menegaskan, mengenai keamanan tabung gas, tabung konverter gas yang dipasang sudah melewati uji standar khusus untuk CNG yang memiliki tekanan 200 bar, sehingga berbeda dengan tabung gas LPG. Tabung konverter BBG ini dijamin sangat aman jadi tidak perlu khawatir akan meledak seperti tabung LPG dan tabung ini diletakkan dibagian bawah bus.
Ade menambahkan, valve yang terpasang adalah valve yang aman yang hanya bekerja berdasarkan koneksi dari Electronic Control Unit (ECU). Jika tidak ada perintah dari ECU, gas tidak akan keluar dari tabung. Oleh karena itu tabung bahan bakar tidak akan mengalami kebocoran termasuk selang sambungan meski terlepas tidak menyebabkan kebocoran. Terkait dengan ketahanan tabung, sudah melewati tahapan tes. Saat diuji coba, tabung ditembak peluru 12 mm tidak tembus. Sehingga aman digunakan pada BRT Trans Semarang.
“Terkait dengan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) untuk BRT Trans Semarang, saat ini sudah berdiri beberapa SPBG, kami akan memanfaatkan SPBG di Kaligawe”, pungkas Ade. (adv)
editor : ricky fitriyanto