in

Polusi Udara di Semarang Bisakah Hanya Andalkan Konversi BBM ke Gas?

SEMARANG (jatengtoday.com) – Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Agung Budi Margono mengatakan, program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas untuk Bus Rapid Transit (BRT) masih terkendala beberapa persoalan.

Salah satunya, saat ini adalah belum tercukupinya keberadaan stasiun pengisian bahan bakar gas. Ini bisa mempengaruhi kelancaran dalam pelayanan.

“Saat ini masih mengalami kendala. Kami akan pegang komitmen pemerintah pusat dan beberapa BUMN, baik PGN maupun Pertamina untuk mensupport program ini,” kata Agung, Rabu (17/1/2019).

Dikatakannya, konversi BBM ke gas ini merupakan terobosan yang bisa menjadi pintu perbaikan. “Jika program konversi ini berjalan dengan baik dan berkesinambungan, kami yakin penyelamatan lingkungan dengan penggunaan energi baru yang terbarukan dapat terwujud,” katanya.

Selain itu, transportasi publik menjadi salah satu cara efektif mengatasi problem kemacetan. Maka BRT Trans Semarang harus meningkatkan pelayanan agar masyarakat beralih menggunakan transportasi publik ini.

“Peningkatan pelayanan transportasi publik, juga perlu memikirkan bagaimana merevitalisasi lingkungan. Termasuk meminimalisasi pemanasan global dan efek polusi udara. Konversi BBM ke gas ini menjadi salah satu solusi yang sejalan dengan itu,” katanya.

Pihaknya berjanji mensupport pelaksanaan program konversi BBM ke gas ini agar berjalan lebih baik. Diantaranya adalah kendala minimnya sarana prasarana seperti terminal khusus maupun lainnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Layanan Umum (BLU) UPTD Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan, mengatakan saat ini telah didirikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) untuk pengisian BRT Trans Semarang. Diantaranya SPBG Mangkang, SPBG Penggaron, dan SPBG Kaligawe.

“Namun SPBG tersebut belum difungsikan. Terkait dengan pengisian bahan bakar gas, akan dilakukan di Tambak Aji. BRT Trans Semarang bekerjasama dengan PT Pertagas Niaga dalam hal pengisian bahan Bakar Gas dengan mendatangkan 2 MRU (Mobile Refueling Unit),” katanya.

Keberadaan MRU akan memudahkan pengisian bahan bakar dengan Compressed Natural Gas (CNG). “Untuk sistem pengisian BBG, akan dilakukan setelah akhir pelayanan. Pada saat pengisian mesin harus dalam keadaan mati dan kondisi di dalam armada kosong,” kata Ade. (*)

editor : ricky fitriyanto