in

Survei PolMark : Tak Ada Dukungan Solid Kader Partai ke Capres-Cawapres

SEMARANG (jatengtoday.com) – PolMark Research Center telah melakukan survei di 73 dari 80 dapil di seluruh Indonesia. Dari survei itu, diketahui, tidak ada kader yang solid 100 persen dalam menentukan pilihan sesuai dengan dukungan dari partai.

Founder & CEO PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah menjelaskan, sikap seperti itu kemungkinan dipengaruhi Pileg dan Pilpres yang digelar serentak.

“Kaitan antara Pilpres dan Pileg cukup signifikan. Jumlah pemilih yang mengatakan memilih partai yang punya kader sebagai Capres sebanyak 46,1 persen. Sedangkan pemilih yang memilih partai dalam Pileg yang ikut mengusung Capres atau Cawapres pilihan mereka, 33,1 persen,” bebernya dalam forum Pikiran, Akal, dan Nalar di Hotel Grand Arkenso Semarang, Rabu (13/3/2019).

Dari fenomena ini, lanjutnya, bisa disimpulkan, jika partai yang punya capres dan cawapres sangat diuntungkan. “Keuntungan elektoral akan didapatkan, tapi dengan catatan, jika mereka mampu memanfaatkan,” imbuhnya.

Terkait penyebaran dukungan di pemilih partai, semua partai dukungannya menyebar termasuk PDIP, Gerindra, PAN, dan lainnya.

Dalam data tersebut disebutkan PDIP 74,6 persen mendukung 01, 5,9 persen dukung 02 dan 19,5 persen masih bimbang. Partai Gerindra 11 persen mendukung 01, 68,8 persen mendukung 02, dan 12,2 persen masih bimbang. PAN, 25 persen mendukung 01, 49,2 persen mendukung 02, dan 25,8 persen masih bimbang.

“Masih ada penyebaran dukungan pemilih partai ke Pilpres, ini terjadi dimana pun, tidak ada dukungan solid. Yang harus diketahui di segmen mana yang belum solid, segmen mana harus kampanye khusus di sisa-sisa terakhir ini. Kalau bisa dijawab baik maka tentu partai bisa manfaatkan waktu untuk solidkan,” jelasnya.

Pada kesemparan itu, Eep juga membeberkan mengenai kesenjangan antara gabungan elektabilitas partai para pengusung capres-cawapres dengan elektabilitas capres-cawapres yang diusungnya. Yaitu, agregat elektabilias Jokowi-Amin di 73 dapil mencapai 40,4 persen, sedangkan gabungan elektabilitas partai-partai pengusung Kandidat Nomor 01 adalah 67,4 persen.

“Artinya ada defisit 27 persen, saat dilakukan survei itu belum memilih (01),” jelasnya.

Kesenjangan juga terjadi antara agregat elektabilitas Prabowo-Sandi dengan gabungan elektabilitas partai-partai pengusungnya. Elektabilitas Prabowo-Sandi adalah 25,8 persen. Sementara gabungan elektabilitas partai-partai pengusungnya adalah 32 persen yang artinya ada kesenjangan sebesar 6,2 persen.

“27 persen dan 6,2 persen itu menunjukan elektabilitas partai, belum tentu elektabilitas Pilpres,” terangnya.

Survei yang dilakukan PolMark Indonesia bekerjasama dengan DPP Partai Amanat Nasional (PAN) digelar di 73 dari 80 dapil seluruh Indonesia untuk tingkat pemilihan DPR RI.

Survei ini dilakukan sejak Oktober 2018 –Februari 2019 dengan jumlah responden 440 di masing masing 72 dapil dengan margin of error plus-minus 4,8 persen dan 880 responden di 1 dapil dengan margin of error plus-minus 3,4 persen. Pengambilan sampel survei ini dilakukan dengan metode Multistage Random Sampling dengan selang kepercayaan 95 persen. (*)

editor : ricky fitriyanto