in

Srawung Singkong: Kritikan Sosial Lewat Jelajah Gerak di Kebun Singkong

SEMARANG (jatengtoday.com) – Di tengah maraknya peristiwa keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa anak-anak, muncul keprihatinan dari kalangan seniman. Salah satunya datang dari kolaborasi Maestro tari, Yoyok Bambang Priyambodo bersama Cannadian Mahendra yang melahirkan sebuah karya tari berjudul “Srawung Singkong”.

Yoyok menjelaskan bahwa gagasan karya ini lahir dari upaya mengeksplorasi gerak di kebun singkong di wilayah Mijen, Semarang. Jelajah gerak ini, lanjutnya, berangkat dari peristiwa keracunan makanan yang menimpa sejumlah anak sekolah penerima program MBG.

“Pertimbangannya adalah rasa keprihatinan. kita prihatin karena ada anak-anak yang keracunan makanan bergizi gratis. Maka saya coba mengeksplorasikannya dalam bentuk tarian,” ujar Yoyok, Minggu (28/9).

Meski demikian, karya ini bukan semata kritik. Menurutnya, ada harapan yang ingin disampaikan. Menurutnya apabila MBG dikerjakan secara serius dan seksama, maka program ini dapat membantu banyak keluarga. Dari situ, kehadiran negara di tengah masyarakat akan lebuh terasa.

“Sebenarnya tidak hanya kritikan, tetapi juga harapan. Niat baik pemerintah perlu diimbangi dengan sumber daya yang memadai. Dari dapur, bahan makanan, hingga tim pemeriksa yang memastikan kelayakan gizi,” katanya.

Lebih jauh, Yoyok menjelaskan bahwa simbol singkong dipilih bukan tanpa alasan. Filosofi daun singkong yang bercabang-cabang dianggap merepresentasikan banyak tangan yang harus bekerja bersama.

“Pohon singkong itu lurus, tapi daunnya seperti tangan-tangan. Itu melambangkan bahwa untuk menyukseskan program ini perlu banyak pihak (gotong-royong), ketelitian, dan kehati-hatian,” jelasnya.

Selain simbol sosial, singkong juga dianggap relevan secara gizi. Ia menilai singkong kaya karbohidrat, serat, hingga vitamin yang bisa menjadi bagian dari ketahanan pangan nasional.

“kami ingin menggambarkan bahwa singkong bisa menjadi alternatif pangan sehat. Kandungan gizi dan karbohidratnya mampu jika dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Selain itu, Singkong telah menjadi bagian dari budaya kuliner di Indonesia ini sejak lama,”paparnya.

Melalui Tari Srawung Singkong, Yoyok ingin menunjukkan bahwa singkong bukan sekadar bahan pangan murah, melainkan simbol kemandirian, ketahanan, sekaligus kritik dan harapan terhadap program pemerintah. (*)