in

Ratusan Anak-anak Mengenal Budaya Menampi Beras lewat Seblak Sampur

SEMARANG (jatengtoday.com) – Ratusan siswa sanggar tari di Jawa Tengah mengikuti latihan tari bersama dengan Sanggar Greget Semarang. Dalam kegiatan “Seblak Sampur” ini, para siswa tersebut belajar budaya menampi beras melalui proses latihan tari berjudul Tari Napeni.

“Kebanyakan pesertanya anak-anak dan remaja. Kami ingin mengajak mereka agar juga bisa mengenal budaya masa lalu yang sekarang mungkin sudah sangat jarang ditemui, yaitu menampi beras dengan tampah,” kata pengasuh Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo, di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Minggu (19/10).

Maestro tari asal Semarang itu menjelaskan bahwa menampi adalah proses memisahkan beras dari sekam dan kotoran halus lainnya. Menampi beras dulunya merupakan bagian dari rantai proses mengolah pangan di Indonesia. Sehingga prosesi itu menjadi bagian lekat budaya kuliner yang cukup penting.

“Kalau sekarang kita lihat, kebanyakan anak-anak hanya memahami kalau mau makan nasi ya cukup menanak nasi dari beras yang sudah ada dalam kemasan. Berasnya sudah bersih, jadi rangkaian proses ini (menampi) tidak dikenali mereka,” tegasnya.

Secara filosofis, Yoyok menambahkan bahwa menampi bisa diartikan sebagai proses penyaringan nilai melalui ketekunan dan keharmonisan. Saat menampi menggunakan tampah, beras dipisahkan dari sekam dan kotoran halus lain dengan cara digoyang dan dilontarkan perlahan agar sekam atau kotoran halus melayang dan terpisah dari beras.

“Tentunya, yang menjadi kata kunci adalah tekun dan harmonis. Ini sangat diperlukan, bahwa setiap apa yang kita lakukan juga perlu dua hal itu. Tekun saat menjalankan, dan harmonis saat bersinggungan dengan yang lain. Dari situ kita bisa mendapat banyak masukkan, saran, kritik, yang akan membangun kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga penyaringan nilai itu terjadi,” imbuhnya.

Ketua Sanggar Greget, Sangghita Anjali, mengatakan bahwa kegiatan Seblak sampur kali ini dalam rangka meramaikan Peringatan Sumpah Pemuda. Pesertanya, kebanyakan remaja dan anak-anak. Kegiatan ini, diikuti oleh ratusan siswa tari dari berbagai sanggar seperti Sanggar Sekar Kencono Kabupaten Batang, Sanggar Srimpi Kabupaten Pemalang, Sanggar Sang Citra Kota Surakarta, dan Sanggar Lestari Semarang.

“Mereka diajari Tari Napeni. Propertinya memakai tampah. Mulai dari gerak dasar hingga ragam gerak tarinya,” kata Ghita.

Ghita menambahkan, Seblak Sampur ini mampu menjadi wadah belajar anak-anak dan remaja secara praktis. Meskipun, lanjutnya, belajar tari tetap memerlukan konsistensi dan membutuhkan waktu yang lama.

“Jadi, ini seperti workshop singkat. Penari kita ajar satu tarian utuh. Tapi tidak melupakan latihan dasar, gerak dasar itu sangat perlu,”imbuhnya. (*)