in

Solusi Disperkim Justru Bikin Masalah IPAL Komunal Gunungpati Makin Parah

SEMARANG (jatengtoday.com) – Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di Desa Puntan, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gungpati, Semarang kembali meresahkan warga. Air pembuangan IPAL yang ditampung di sumur resapan, keluar seperti mata air di tanah milik warga. Baunya masih menyengat dan membuat pohon di sekitarnya mati.

Air yang keluar dari dekat sumur resapan, mengalir cukup deras seperti selokan. Warnanya keruh dan mengeluarkan bau tak sedap. Selisih beberapa jengkal, ada pohon alpukat yang tampak layu. Disinyalir gara-gara terkena air tersebut.

Masalah lingkungan yang disebabkan IPAL komunal ini bukan kali pertama. Pada Agustus 2019 lalu, IPAL yang berada di wilayah RT 1 RW 1 setempat ini sempat diprotes warga. Alasannya karena mengeluarkan bau menyengat dan mengganggu warga sekitar.

“Dulu air IPAL dibuang ke sungai lewat pralon. Baunya menyengat,” ucap Ketua RT 1, Dony Anjar Setyono, Selasa (29/10/2019).

Pada awal September 2019 lalu, lanjutnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta Dinas Pertamanan dan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang memediasi masalah ini. Dari pertemuan itu, ada banyak hal yang harus dibenahi oleh Kelompok Pengguna dan Pengelola (KPP) Mbelik Asri yang bertanggung jawab atas IPAL komunal tersebut.

Pada saat itu, Disperkim memberikan solusi. Yakni membuat sumur resapan tidak jauh dari instalasi IPAL. Sumur resapan tersebut dibuat sedalam sekira 2 meter. Tujuannya, menampung buangan air hasil yang keluar dari IPAL agar tidak mencemari lingkungan.

“Tapi sudah seminggu lebih ini, air dari sumur resapan malah keluar dari tanah. Baunya tetap menyengat. Bahkan kadang baunya seperti kotoran manusia,” ucapnya.

Diceritakan, KPP Mbelik Asri sempat menutup air yang keluar dari tanah, dengan tanah urukan. Tapi baru selisih sehari, air IPAL keluar lagi dari titik berbeda yang tidak jauh dari awal.

  1. “Kami sudah komunikasikan dengan Lurah Ngijo dan DLH. Tapi sudah seminggu ini tidak ada tindakan,” terangnya.

Lebih lanjut, Dony menuturkan, September 2019 kemarin, pihak puskesmas setempat mengambil sampel air IPAL untuk dicek laboratorium. “Katanya hasil lab mau diambil DLH. Tapi sampai sekarang kami tidak diberitahu hasilnya,” bebernya.

Dia juga meceritakan, beberapa waktu lalu, ada dua mahasiswa dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), datang melihat IPAL komunal di Ngijo. “Katanya mau dijadikan bahan penelitian,” imbuhnya.

Sementara itu, pemilik tanah yang dicemari air IPAL komunal, Muksin, mengaku sangat kecewa dengan keputusan Disperkim yang menyarankan untuk membuat sumur resapan.

“Dulu kami mendesak ditutup karena IPAL ini sudah lama meresahkan. Sekarang malah masalahnya tambah parah. Air muncul di tanah saya,” tegasnya. (*)

editor : ricky fitriyanto