SEMARANG (jatengtoday.com) – Air hitam pekat yang keluar dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di Desa Puntan, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Semarang, dinilai merusak lingkungan sekitar. Selain menimbulkan bau tak sedap, air yang keluar juga menganggu areal persawahan sekitar.
Warga setempat pun mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang menutup IPAL komunal tersebut. Ketua RT 1 RW 1 Puntan, Dony Anjar Setyono menuturkan, bau yang dikeluarkan IPAL sangat menganggu warga sekitar.
Air IPAL disalurkan dari bak penampungan, dibuang lewat pralon ukuran 4 inci sepanjang puluhan meter, menuju sungai kecil. Sungai kecil itu berada di dekat permukiman.
“Baunya setiap hari. Memang tidak setiap saat. Hanya jam-jam tertentu yang menyengat. Biasanya pagi antara jam 6-9, sama sore sampai malam jam 6-8,” ucapnya ketika mendampingi petugas DLH Kota Semarang meninjau IPAL komunal, Rabu (31/7/2019).
Selain masalah bau, air berwarna hitam pekat yang keluar dari IPAL juga mengganggu areal persawahan. Air IPAL mengotori aliran sungai. Padahal aliran sungai itu dimanfaatkan petani untuk mengairi sawah.
“Petani yang di bawah sana, yang sawahnya diairi air sungai ini, katanya padinya pada gapuk (tidak ada isinya, red). Biasanya air dari sini juga untuk cuci-cuci petani habis dari sawah. Tapi sekarang tidak karena bisa bikin gatal-gatal,” bebernya.
Dia pun sudah berkali-kali melakukan komplain kepada pihak pengelola IPAL. Tapi tidak ada solusi konkret. Hanya memperpanjang saluran pembuangan agar agak jauh dari permukiman.
“Kalau pralon dijauhkan dari rumah warga, mungkin dampak baunya memang berkurang. Tapi dampak lingkungan, terutama di areal persawahan dan perkebunan, kan tetap sama. Hanya pindah saja. Dulu masalahnya di sekitar sini, besok masalahnya pindah ke sana,” paparnya.
Sejumlah petugas dari DLH Semarang pun telah turun ke lapangan untuk mengecek IPAL tersebut. Warga terdampak, pengurus, dan pihak pemakai IPAL komunal juga dimintai keterangan.
“Kalau dilihat dari warna hitam pekat dan bau air IPAL, memang menimbulkan dampak lingkungan negatif,” ucap Noura Maningistini, Seksi Pengendalian dan Sengketa Penanganan Lingkungan DLH Kota Semarang, ditemui setelah meninjau IPAL.
Karena itu, pihaknya akan segera melakukan uji laboratorium terkait dampak lingkungan dan kesehatan. Areal sekitar juga akan dilakukan uji analisa.
“Apakah sudah tercemar dan lain sebagainya. Kalau memang menimbulkan dampak lingungan yang negatif, mau tidak mau harus ada penanganan khusus,” imbuhnya.
Sumarno dari Seksi Pengendalian Limbah Cair dan Limbah Padat DLH Semarang menambahkan, masalah lingkungan yang timbul dari air ini disebabkan pengguna IPAL. Seluruh limbah rumah tangga, dibuang ke IPAL. Termasuk air cucian.
“Ternyata, warga yang memakai belum paham soal IPAL komunal. Seharusnya, air limbah yang dibuang lewat IPAL, hanya dari kloset dan kamar mandi saja. Tapi ini semua limbah. Air cucian juga,” tuturnya.
Jika sistemnya seperti ini, tidak heran jika IPAL komunal justru merusak lingkungan. Sebab, air limbah dari bekas cuci pakaian dan piring, mengandung bahan kimia tinggi. Idealnya, sebisa mungkin tidak masuk ke IPAL.
“Limbah rumah tangga itu bahan kimianya tinggi. Apalagi ditambah minyak (dari sisa cuci piring, red). Ini akan menimbulkan dampak lingkungan negatif,” bebernya.
Dia pun menegaskan, IPAL Komunal yang dikelola warga RT 2 Puntan ini bukan bantuan dari DLH Kota Semarang. Melainkan program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) dari Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) yang dibangun 2014 silam.
“Proyek IPAL ini bukan bantuan dari DLH Kota Semarang. Tapi dari USRI. Sebenarnya kami juga menyayangkan, bantuan dari dana asing ini tidak dirawat dengan baik,” tegasnya.
Sementara itu, Pengelola IPAL Komunal, Haryono mengakui, air yang keluar memang menimbulkan bau tak sedap. “Bau ini muncul baru 2017 lalu. Mungkin dulu masih normal dan bersih,” tuturnya.
Padahal, lanjutnya, cara pengelolaannya sama. “Tapi memang pemberian obat (untuk mengurangi bau, red) sering terlambat,” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto