SEMARANG (jatengtoday.com) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang melaunching Kebun Koleksi Keanekaragaman Hayati (Kehati), Jumat (20/11/2020). Kebun tersebut berlokasi di dekat kantor DLH, Jalan Tapak, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu.
Kepala DLH Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono menjelaskan, Kebun Koleksi Kehati berfungsi untuk menyelamatkan berbagai jenis spesies tumbuhan asli atau lokal. Khususnya yang memiliki tingkat ancaman sangat tinggi terhadap kelestariannya.
Dia mencontohkan dengan tanaman Polo, Gayam, Gandariya, dan Jenitri. “Ini tanaman-tanaman yang kami lihat sudah jarang dikenali oleh masyarakat, termasuk generasi muda,” ucapnya.
Total ada 55 jenis tanaman atau pohon langka yang ada di kebun khusus seluas 1 hektar ini. Meskipun begitu, Sapto menyadari bahwa koleksinya masih terbatas. Ke depan pihaknya akan terus melakukan penambahan.
“Masyarakat yang tertarik, silakan datang ke sini. Bisa belajar untuk menambah pengetahun,” paparnya. Sapto berkomimen menjadikan Kebun Koleksi Kehati sebagai pusat lingkungan hidup.
Pohon Bicara
Peresmian Kebun Koleksi Kehati dihadiri langsung Pjs Wali Kota Semarang Tavip Supriyanto. Dia mengatakan, meskipun Semarang merupakan kota metropolitan tetapi masih memiliki lahan-lahan yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan penamanan keanekaragaman hayati.
“Dengan launching Kebun Kehati ini mudah-mudahan bisa dipakai untuk edukasi masyarakat, bisa untuk melakukan penelitian-penelitian, juga sebagai pembelajaran anak-anak sekolah,” ujarnya.
Dia menambahkan, keistimewaan kebun ini tak sebatas memiliki 55 jenis pohon langka. Ternyata, pohon-pohon tersebut bisa “berbicara”.
Pihak pengelola telah memasang sensor di dekat pohon. Sehingga, ketika ada orang yang lewat di depannya, sensor tersebut akan merespon dan berbunyi, menjelaskan seputar pohon tersebut.
Bunyi masing-masing pohon berbeda. Tergantung jenis pohonnya. “Seolah pohonnya bercerita sendiri, oh ini pohon randu, pohon gayam, dan macam-macam,” ungkap Tavip.
Saat ini baru ada 25 pohon yang bisa berbicara. “Ini merupakan momen yg bagus bagaimana kita mengenalkan ke anak-anak tentang keanekaragaman hayati. Kalau biasanya hanya melihat di buku ini bisa melihat secara langsung,” tandasnya. (*)
editor: ricky fitriyanto