SEMARANG (jatengtoday.com) – Banyak pengendara yang mengeluhkan kemacetan yang kerap terjadi di perempatan Jalan Pandanaran Semarang, tepatnya di dekat McDonald dan Bandeng Presto Pandanaran. Arus lalu lintas di sana dipandang cukup semrawut.
Perempatan jalan tersebut menghubungkan 4 arus di 3 jalan yang berbeda. Arus menuju Tugu Muda dan Simpang Lima di Jalan Pandanaran, arus menuju Pasar Kembang Bergota di Jalan Kyai Saleh, dan arus menuju Pekunden di Jalan Pekunden.
Purnomo Adi (35), pengendara sepeda motor yang hendak melintas dari Jalan Kyai Saleh menuju Jalan Pekunden mengaku susah setiap kali akan menyeberang. Pasalnya, di kedua jalan tersebut juga dibuat dua arus berlawanan.
“Jadi kan lampu hijaunya (di traffic light) bareng antara yang di sini (Jalan Pekunden) sama di sana (Jalan Kyai Saleh). Pas jalan ya gitu, semrawut, nggak ada yang mau ngalah,” ujarnya, Rabu (6/3/2019).

Namun sebenarnya, kata Adi, petugas setempat telah merekayasa arus lalu lintas di sana, dengan membuat Jalan Pekunden menjadi satu arah. Tetapi itu hanya diberlakukan dari pukul 06.00 hingga 09.00.
“Pas dibuat satu arah sebenarnya lumayan, tidak terlalu macet. Tapi nggak tahu kok di pagi hari saja. Padahal siang, apalagi sore hari arus lalu lintas juga padat,” ucapnya.
Sementara itu, Sigit Prasetyo (27) selaku petugas parkir di Bandeng Presto berpendapat lain. Menurutnya, kesemrawutan di perempatan tersebut diakibatkan oleh lamanya durasi lampu merah di Tugu Muda (arah Jalan Pandanaran) dan banyaknya volume kendaraan di sana.
“Biasanya kan (traffic light) di Tugu Muda masih merah, itu macetnya sampai sini. Nah, pas kendaraan dari arah Pekunden sama Bergota sudah melaju (lampu hijau), ternyata yang menuju ke Tugu Muda masih macet. Jadinya ya gitu,” bebernya.
“Dulu kayaknya pernah di coba sama Dishub, lampu merah di Tugu Muda dipercepat, hasilnya lancar,” imbuh Sigit, warga Kelurahan Krobokan, Semarang Barat.
Dia berharap agar petugas yang berwenang bisa memberi solusi atas kesemrawutan yang kerap terjadi di perempatan Jalan Pandanaran. Entah dengan cara apa. Termasuk menertibkan setiap kendaraan yang putar balik sembarangan, padahal sudah ada tanda larangan. (*)
editor : ricky fitriyanto