SEMARANG (jatengtoday.com) – Upacara peringatan HUT ke-72 Jateng di halaman Kantor Gubernur diikuti oleh beragam etnis Nusantara yang ada.
Mereka datang mengenakan pakaian adat dan membawa hadiah berbagai makana khas untuk Gubernur Ganjar Pranowo.
“Saya senang di Jateng ada banyak suku dan mereka berkenan untuk ikut berpartisipasi dengan kita semuanya. Tentu ini bagian yang sangat membahagiakan dan ini bagian dari kebersamaan kita,” kata Ganjar usai menjadi inspektur upacara peringatan HUT ke-72 Jawa Tengah.
Dikatakan, HUT Jateng tahun ini dirayakan dengan kesederhanaan. Meski begitu, ada banyak yang datang dan berkontribusi.
Ada perwakilan dari masyarakat Papua, Sumatra Barat, Dayak, Bugis, Riau, Jawa, hingga etnis Tionghoa.
“Saya senang karena hari ini unik, ada kawan-kawan dari Papua membawa makanan khas ubi tumbuk. Banyak etnis juga yang ada di Jawa Tengah datang tidak hanya dengan pakaian adatnya tapi juga makanan adat. Tadi ada Sumatra Barat, etnis Tionghoa, dan lainnya. Keberagaman kita tunjukkan hari ini dan kami senang semua bisa berkontribusi,” katanya.
Hentikan Korupsi
Dalam kesempatan itu, Ganjar juga berpesan kepada seluruh jajaran Pemprov Jateng dan pemkab/pemkot untuk menjaga integritas dan menghentikan semua praktik buruk seperti korupsi dan jual-beli jabatan.
Kasus yang menimpa Bupati Pemalang pasti membuat rakyat sangat jengkel serta menjadi tamparan keras di tengah situasi yang harusnya berbahagia ini.
“Kami mengingatkan diri kami sendiri, di kabupaten/kota juga kita ingatkan, hentikan semua praktik buruk, hentikan korupsi. Jual-beli jabatan itu terdengar di mana-mana ceritanya maka saya ingatkan kepada teman-teman yang lain untuk menghentikan sekarang atau ditangkap. Ini yang saya sampaikan dengan keras tadi agar semuanya benar-benar peduli,” tegasnya.
Menurutnya, hari ini seharusnya kita mulai bicara soal banyak prestasi. Misalnya penghargaan yang diterima Presiden Joko Widodo dari IRRI karena tiga tahun kita tidak impor beras. Artinya ketahanan pangan kita sangat kuat hari ini.
“Kalau itu bisa kita terjemahkan sampai tingkat daerah maka kita pun bisa mencoba memberikan praktik-praktik baik dan prestasi baik,” ujarnya.
Di Jateng, lanjutnya, banyak praktik-praktik baik yang sudah dikakukan. Terbaru adalah pengendalian inflasi yang baik karena kerja sama semua pihak.
Kemudian ada leraning center bawang putih di Tegal untuk meningkatkan produktivitas komoditas bawang putih sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
“Produktivitas padi kemarin di Istana disampaikan kalau sudah ada yang sampai 13 ton per hektare, kenapa itu tidak kita terapkan. Itu mustinya yang ada, bukan cerita pelayanan buruk atau cerita integritas yang rendah,” imbuh Ganjar.
Jiwa Andarbeni
Pembina Keluarga Besar Papua di Jateng, Markus Romera, mengatakan seluruh masyarakat Papua di Jateng memiliki rasa memiliki atau dalam istilah bahasa Jawanya andarbeni.
Artinya mereka menganggap bahwa Jawa Tengah dan Indonesia sudah menjadi rumah sendiri selain kampung halamannya.
“Di mana pun kita berada harus sama-sama menjaga kelestarian, keamanan dan ketertiban. Kita ikut andarbeni atau ikut memiliki. Kita warga Papua yang ada di sini juga ikut memiliki Jawa Tengah seperti rumah kita sendiri, Kota Semarang rumah kita sendiri, Indonesia rumah kita sendiri,” ujarnya.
Menurut Markus, hal itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ganjar Pranowo bahwa kita tidak boleh membedakan, harus membaur menjadi satu karena dengan itu semua menjadi mudah dalam menjalin persatuan.
“Kita dari Sabang sampai Merauke ini bersaudara, tanpa membedakan suku, etnis, agama, dan lainnya. Kita harus membaur seperti kata Gubernur Ganjar Pranowo. Kami berharap Jawa Tengah terus maju dan kami yang dari Indonesia Timur dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Jateng,” ungkapnya. (*)