in

Satpol PP Telusuri Oknum Anggotanya yang Terlibat Pengeroyokan

SEMARANG (jatengtoday.com) – Kasus dugaan pengeroyokan oleh dua Aparatur Sipil Negara (ASN), yakni Evan, anggota Satpol PP Kota Semarang, dan Anggit, ASN Undip masih terus diusut.

Kepala Satpol PP Kota Semarang Fajar Purwoto akan menindaklanjuti dugaan keterlibatan oknum Satpol PP Kota Semarang tersebut. Ia membenarkan ada salah satu anggotanya yang bernama Evan. Namun ia mengaku akan mengecek apakah benar melakukan hal tersebut.

“Iya betul (ada anggota bernama Evan). Nanti saya cek apakah benar dia apa bukan,” kata Fajar, Kamis (3/10/2019).

Sebelumnya, Evan dan Anggit, ASN Undip, warga Semarang Timur dilaporkan ke Polrestabes Semarang atas kasus dugaan tindak pidana pengeroyokan secara bersama-sama.

Pelapornya adalah pria berinisial HAN (36), pegawai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi, selaku korban.

Kasus tersebut bermula pada Sabtu, 21 September 2019, pukul 03.00 di E-Plaza Semarang. Korban HAN yang tinggal di Jakarta menyempatkan berkunjung ke Kota Semarang untuk memenuhi “undangan” dari terlapor sebagai teman. Mereka kemudian bertemu untuk sekadar menikmati hiburan malam bersama sejumlah orang yang lain.
Namun kunjungannya ke Kota Semarang untuk bersenang-senang itu justru berujung penganiayaan. HAN babak belur setelah dikeroyok oleh dua terlapor. Ia dipukuli oleh dua terlapor—yang dalam kondisi mabuk minuman keras—dengan tangan kosong dan ditendang secara membabi buta.

Akibatnya, korban mengalami luka-luka, di antaranya mata kiri lebam, memar dan penglihatan buram, kepala bagian atas dan belakang benjol, pusing, punggung luka sobek, dada memar, perut mual dan kesakitan.

Konflik itu muncul ketika hendak keluar dari tempat hiburan malam, kurang lebih pukul 03.00. Pemicunya diduga terkait pembayaran biaya karaoke yang mencapai Rp 8 juta lebih. “Dipikir di E Plaza saya mau bayari. Padahal saya tidak ada kata-kata bayari di situ. Bahkan nota pesan minuman dan perempuan itu kan bukan tanda tangan saya. Kecuali kalau saya suruh pesan atau janjikan untuk bayari itu beda lagi. Apalagi saya datang jauh-jauh (dari Jakarta) bukan untuk bayari,” bebernya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis