in

PSIS Ditantang Kelola Stadion Jatidiri, Begini Jawaban Yoyok Sukawi

SEMARANG (jatengtoday.com) – Panser Biru menantang PSIS Semarang untuk mengelola Stadion Jatidiri secara profesional. Desakan itu dilakukan suporter PSIS lewat tagar #2021BalikJatidiri yang digaungkan di medsos.

Menanggapi hal itu, Chief Executive Officer (CEO) PSIS Semarang, AS Sukawijaya atau yang akrab disapa Yoyok Sukawi menanggapi dengan serius. Dia melihat, ada semangat dari suporter untuk memajukan sepakbola profesional di Semarang.

Keinginan suporter terganjal regulasi hak kelola aset fasilitas olahraga. Saat ini, pengelolaan Stadion Jatidiri berada di tangan Pemprov Jateng. Bahkan Pemprov Jateng sudah merenovasi stadion tersebut sejak 2016 lalu meski hingga saat ini belum rampung.

Progres renovasi Stadion Jatidiri berhenti karena ada realokasi anggaran yang dilakukan Pemprov Jateng untuk menangani panemi Covid-19. Sementara suporter ingin renovasi stadion tersebut bisa segera selesai.

Karena itu, Yoyok akan berkomunikasi dengan Pemprov Jateng terkait pengelolaan Stadion Jatidiri.

“PSIS siap apabila teman-teman di pemprov membutuhkan masukan terkait nasib Jatidiri ke depan. Kami siap untuk urun rembug bagaimana solusinya. Seperti misal ada opsi mendatangkan investor, kami siap bantu jika memang diperlukan,” papar Anggota Komisi X DPR RI ini, Minggu (20/12/2020).

Dia juga berharap permasalahan ini cepat selesai dan ada solusi yang tepat supaya keinginan suporter PSIS terwujud dan Stadion Jatidiri dapat berdiri gagah mewujudkan kejayaan infrastruktur olahraga di Jateng.

Lebih lanjut, Yoyok menuturkan, suporter PSIS memang sudah merindukan tim kebanggaannya berlaga di Stadion Jatidiri. Apalagi selama berkandang di Magelang sejak akhir Liga 2 2017, banyak insiden yang kerap menimpa suporter Panser Biru, Snex atau pun penonton umum lainnya.

“Teman-teman suporter memang sudah beberapa kali cerita ke kami kalau sudah tidak sabar pengen kembali mendukung PSIS di Jatidiri. Menurut saya ini hal yang cukup wajar karena semenjak tahun 2017 memang banyak kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti kecalakaan. Ditambah jarak Semarang ke Magelang cukup jauh,” tandasnya. (*)

 

 

editor: ricky fitriyanto