in

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Jatibarang Molor

SEMARANG (jatengtoday.com) – Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gas Metana TPA Jatibarang Semarang semula direncanakan selesai Oktober 2018. Namun proyek ini dipastikan tidak bisa selesai tahun ini alias molor.

Pihak yang bertanggungjawab dalam proyek ini menjanjikan penyelesaian pada April 2019. Saat ini, proses pembangunan masih berjalan.

“Mesin pembangkit listrik didatangkan dari Spanyol telah tiba pertengahan September lalu. Namun masih dilakukan penyempurnaan pemasangan instalasi,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Muthohar, Jumat (5/10/2018).

Pembangunan PLTSa di atas lahan seluas 9 hektar ini merupakan bantuan dari Denmark senilai Rp 45 miliar. Pemkot Semarang bertanggungjawab dalam pembebasan lahan dengan nilai Rp 9 miliar.

“Operasional PLTSa diperkirakan April 2019. Mesin pendorong gas berkapasitas 0,8 megawatt sudah terpasang. Hanya saja persiapan operasional PLTSa perlu dimatangkan,” katanya.

Dalam proses pematangan penataaan tersebut dilakukan penyambungan instalasi pipa gas untuk mengalirkan gas metana dari pembakaran sampah menuju penampungan. Setelah dari penampungan baru diolah menjadi daya listrik.

“Nanti kami juga melakukan uji coba untuk melihat kekurangannya seperti apa. Apabila ada yang kurang akan langsung diperbaiki, sehingga operasional benar-benar siap,” katanya.

Selain itu, di area tersebut juga dibangun gas zona baru yang merupakan bantuan dari Kementerian PUPR senilai Rp 18 miliar. Di samping PLTSa Gas Metana, DLH juga akan membangun satu PLTSa baru dengan teknologi insenerator berkapasitas 12 megawatt.

“November 2018, proses lelang PLTSa kedua sudah bisa dilaksanakan. Sehingga pekerjaan bisa dimulai Januari 2019 mendatang. Pembangunan ini menggunakan sistem multiyears 2019-2020,” terangnya.

Nantinya, pengelolaan kedua PLTSa tersebut diserahkan ke holding company BUMD milik Pemkot Semarang yakni PT Bumi Pandanaran Sejahtera. Sedangkan penjualan listriknya diserahkan ke PLN. “Selain berguna untuk mengurangi jumlah sampah, juga bisa membantu memenuhi kebutuhan listrik bagi warga sekitar,” katanya.

Lebih lanjut, kata Muthohar, rata-rata setiap hari produksi sampah di Kota Semarang mencapai 1.200 ton. Sebanyak 80 persen diantaranya masuk ke TPA Jatibarang. Sedangkan sisanya masuk di bank sampah untuk dilakukan daur ulang.

“Dengan dilakukan pengolahan sampah menjadi energi listik ini tentunya akan lebih bermanfaat bagi masyarakat,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto