SEMARANG (jatengtoday.com) – Pembangunan sebuah toilet umum di kawasan cagar budaya Kota Lama Semarang menuai polemik. Pasalnya, toilet umum tersebut berdiri di dekat situs sumur tua yang memiliki sejarah panjang. Selain memperburuk estetika, dikhawatirkan keberadaan toilet permanen seperti itu bisa mencemari air sumur.
Namun rupanya kritik tersebut tak berpengaruh mengubah penataan desain ulang. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bersikukuh tetap akan membangun fasilitas umum (fasum) berupa toilet umum tersebut. Fasum tersebut juga menjadi bagian dari program revitalisasi Kota Lama Semarang.
“Saya melihat, (pembangunan fasum) itu sebagai upaya untuk mempercantik lingkungan tanpa kemudian menutup sumber air tersebut,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, baru-baru ini.
Dikatakannya, fasum tersebut telah disesuaikan dengan kondisi sekitar Gereja Blenduk. Ia menilai, keberadaan toilet tersebut justru menjadi bagian dari sisi kemanfaatan. Selain itu, Pemkot Semarang memastikan keberadaan toilet tidak akan menutup sumur tua tersebut.
“Pemerintah telah berkomitmen mempertahankan semua situs maupun artefak bersejarah. Tidak hanya sumur tua, tapi juga kami berikan kesempatan semua pihak untuk memelajari artefak yang ditemukan di Kota Lama,” katanya.
Seperti halnya beberapa waktu lalu ditemukan susunan batu bata kuno di bawah Jalan Gelatik, dan lain-lain, Hendi memastikan temuan-temuan artefak seperti itu akan dilakukan penanganan lebih lanjut. “Kami akan kembangkan supaya generasi mendatang bisa mempelajari bahwa dulu tempat-tempat itu digunakan apa,” katanya.
Sementara Penjabat (Pj) Direktur PDAM Tirta Moedal Kota Semarang Iswar Aminudin menjelaskan keberadaan toilet tidak akan menghilangkan nilai sejarah sumur tua tersebut. Keberadaan toilet itu dinilai telah ada sejak dahulu di lokasi tersebut. Sehingga Pemkot Semarang merasa tidak perlu memindah toilet tersebut ke lokasi lain. “Kan dari dulu memang posisinya di situ. Sekarang bangunan toilet diperbaiki sama teman-teman (kontraktor),” katanya.
Iswar juga mengaku telah mendapat masukan dari ahli geologi bahwa air sumur tua dekat Gereja Blenduk, atau sisi timur Taman Srigunting tersebut memiliki kualitas bagus. Diperkirakan, sumur tua tersebut memiliki usia kurang lebih dua abad. “Tidak mungkin kami menutup sumur. Itu sumbernya alami, air bawah tanah yang kualitas airnya bagus,” katanya.
Dalam hal ini, lanjutnya, pemerintah berupaya mempercantik keberadaan toilet tersebut. Awalnya toilet terbuka, sekarang dibangun toilet permanen secara tertutup. Ia juga memastikan, keberadaan toilet tidak akan mencemari air sumur. “Kami pakai sistem biopori. Itu juga sudah dikasih septic tank, sehingga tidak akan menyerap ke tanah dan mencemari air sumur,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto