SEMARANG (jatengtoday.com) – Mobilisasi warga saat Ramadan dan Lebaran menyimpan risiko tinggi dalam penyebaran virus corona. Karena itu, perlu dilakukan rapid test yang lebih masif untuk memetakan sekaligus mengantisipasi kemunculan klaster baru.
Untuk mendukung hal tersebut, Pemprov Jateng telah mendistribusikan 38.111 rapid test ke seluruh kabupaten/kota. Pendistribusian rapid test tersebut ditujukan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan rumah sakit rujukan Covid-19.
“Minggu kemarin sudah kita distribusikan beberapa peralatan bahkan ada inisiatif dari daerah melakukan rapid test sendiri,” ucap Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Selasa (26/5/2020).
Totalnya sampai saat ini sebanyak 38.111 rapid test telah terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, jumlah rapid test yang terdistribusi sebanyak 27.011. Untuk Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebanyak 24.641, sementara untuk rumah sakit sejumlah 2.370. Dari jumlah tersebut yang sudah dilakukan pemeriksaaan sebanyak 22.337, yang reaktif terdapat 809 orang, non reaktif ada 21.528.
Sementara untuk tahap kedua, yang distribusikan ke 35 kab/kota sejumlah 11.100. Sampai saat ini sudah dilakukan pemeriksaan sebanyak 3.411. 94 di antaranya reaktif dan 3.317 nonreaktif. Saat ini rapid test yang tersisa sebanyak 12.363.
“Sekarang tinggal meminta tempat kerumunan di rapid test, selain mereka yang pasti di rapid test seperti pemudik, pekerja migran, di pasar, mal atau berasal dari daerah episentrum Covid-19,” katanya.
Selain pusat-pusat keramaian tersebut, jajarannya sampai saat ini terus melakukan penelusuran satu persatu orang dari daerah epiclsentrum. Umpama dari Jakarta, Bogor, Gowa dan Jatim. Termasuk setelah outbreak terjadi di RS Kariadi, Salatiga, Purworejo dan di Kota Semarang.
“Kalau dites lebih banyak lagi, akan tahu sebenarnya persebarannya di masyarakat seperti apa representasinya,” tandasnya.
Pelaksanaan rapid test secara massal tersebut sudah mendesak untuk melihat perkembangan pasca Ramadan dan lebaran kemarin. Terlebih dirinya mendapat laporan data dari Universitas Indonesia yang menyebutkan pergerakan masyarakat Jawa Tengah versi Google sangat tinggi.
“Itu gambaran seluruh Jateng karena basisnya adalah mobile phone yang dia (warga) pakai itu dipantau, seberapa pergerakannya karena kan GPS-nya kan hidup. Ternyata kita cukup tinggi. Artinya masih banyak yang keluyuran dan kerumunan. Jadi potensi penularan yang tinggi,” tegasnya. (*)
editor: ricky fitriyanto