SEMARANG (jatengtoday.com) – Kepala Satpol PP Kota Semarang Fajar Purwoto angkat bicara soal merebaknya ‘manusia karung’ di kota ini. Menurutnya, keberadaan mereka meresahkan masyarakat karena berlagak sebagai pemulung tetapi sambil meminta-minta.
“Kondisi sekarang ini sama susahnya, jadi kami mohon tolong jangan bermain belas kasihan,” tegas Fajar saat ditemui, Rabu (20/5/2020).
Pihaknya akan terus melakukan razia penertiban terhadap ‘manusia karung’ yang biasanya mangkal di pinggir-pinggir jalan pada siang hingga sore hari.
“Semua lokasi yang berpotensi menjadi tempat keberadaan manusia karung akan dioperasi. Kami kerahkan truk untuk mengangkutnya,” jelas Fajar.
Sebelumnya, Satpol PP sudah menyisir beberapa titik. Mulai dari daerah Jerakah, Ngaliyan, Bulu, Simpang Lima, Tugu Muda, hingga Jalan Singosari.
Beruntunglah, tidak ada perlawanan saat dilakukan razia. Semua manusia karung tak banyak berbuat. Mereka mengikuti arahan dan pembinaan yang dilakukan Satpol PP Kota Semarang.
Fajar meminta kerja sama masyarakat untuk memberikan informasi terkait keberadaan pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT) tersebut.
“Tolong untuk masyarakat jika mengetahui segera memberitahu ke Satpol PP. Karena kami tidak mau kota yang dijadikan Pak Wali bagus, dirusak oleh kehadiran mereka,” ungkapnya.
Sementara itu, Pengamat Sosial Unika Soegijapranata Semarang Hermawan Pancasiwi menilai, mayoritas ‘manusia karung’ ini muncul karena terdampak pandemi Covid-19. Banyaknya masyarakat yang terkena PHK ataupun ekonomi terhimpit memaksa harus melakukan ini.
Dari segi teori, fenomena ini masuk dalam teori pelaku ekonomi subsisten, yaitu ekonomi dari tangan ke mulut yang harian. Artinya, orang bisa hidup karena bekerja, tidak memiliki saving, tabungan dan sebagainya.
Hermawan memprediksi, ‘manusia karung’ akan hilang dengan sendirinya seiring dengan stabilnya ekonomi. (*)
editor: ricky fitriyanto