SEMARANG (jatengtoday.com) – Kabar duka menyelimuti Kota Semarang. Sebanyak sembilan pasien positif Covid-19 meninggal di RSUD KRMT Wongsonegoro dalam kurun waktu tak berselang lama. Ini menambah deretan duka setelah sebelumnya dokter jiwa di RSI Sultan Agung Semarang, dr Ahmadi, serta dr Sang Aji Widi Aneswara dan dr Elianna Widiastuti, meninggal dengan dugaan terpapar virus Corona.
Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro Susi Herawati, mengatakan sembilan pasien yang meninggal tersebut berasal dari Kota Semarang dan Demak. “Hari ini, sejak tadi malam, pasien kami ada sembilan yang meninggal. Semua sebagian besar ada komorbid (penyakit penyerta) dan datangnya melalui IGD. Jadi memang dalam keadaan berat,” ungkapnya dikonfirmasi jatengtoday.com, Minggu (12/7/2020).
Dia menjelaskan, RSUD Wongsonegoro memang menjadi rumah sakit pusat rujukan pasien Covid-19. “Jadi kami harus menerima pasien dari beberapa daerah, kondisi beliau-beliaunya juga kurang bagus, sehingga sampai meninggal. Sebagian besar mereka usia lanjut, kemudian ada komorbid, diabetes, ada yang tumor otak dan sebagainya,” katanya.
Tidak hanya pasien positif yang meninggal, sejumlah dokter di Kota Semarang belakangan ini meninggal dengan dugaan terpapar virus Corona. Susi mengakui penularan virus ini cukup mengkhawatirkan. “Jadi memang mungkin, dokter tertular pada saat melakukan praktik. Bisa juga ada underlying disease (penyakit yang mendasari), jadi ada komorbid (penyakit penyerta) sehingga memperparah Covid-nya,” terangnya.
Dikatakan Susi, serangan virus Covid-19 ini sangat luar biasa pada pasien-pasien yang mempunyai komorbid. “Misalnya pasien usia lanjut memiliki hipertensi, diabetes, gagal ginjal, virus ini menyerang sangat luar bisa,” katanya.
Mengenai rentannya dokter tertular virus, Susi menjelaskan penerapan di RSUD Wongsonegoro telah menegakkan protokol kesehatan melalui tim Pencegahan dan Pengendalian infeksi (PPI). “Kalau dikuatkan di PPI ini saya yakin bisa lebih bagus untuk meminimalisasi penularan dari pasien ke tenaga medis. Hanya saja, ini diterapkan di rumah sakit, sedangkan para dokter ada sebagian yang menggelar praktik sendiri. Ini yang tidak bisa kami kendalikan. IDI pun telah memberikan sosialisasi bagaimana menggunakan APD secara benar,” katanya.
Setiap dokter apabila melakukan penanganan pasien harus menggunakan APD sesuai ketentuan. “Tim PPI yang bertugas mengecek dengan berkeliling, harus memastikan bahwa para dokter, perawat dan tenaga medis lain mengenakan APD sesuai ketentuan. Ini juga masuk dalam mutu pelayanan,” bebernya.
Menurut Susi, dokter yang meninggal pun sebagian besar memiliki komorbid. Hal tersebut memperberat kasus sehingga menimbulkan kematian. Kasus komorbid ini tidak hanya dialami para tenaga medis, tetapi juga sebagian besar pasien positif yang meninggal. “Hingga hari ini kami merawat pasien positif corona sebanyak 91 pasien,” katanya.
Dia berharap, setiap pasien untuk bisa benar-benar menjaga kesehatan. Apabila menjadi Pasien Dalam Pengawasan (PDP) harus menjalankan sesuai dengan protokol kesehatan terkait Covid-19. “Memang, tidak semua hasil test langsung jadi, kami bukan hanya memikirkan pasien saja, tapi juga masyarakat. Sehingga hal itu benar-benar harus diperhatikan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moch Abdul Hakam mengatakan, hingga Minggu (12/7/2020), pukul 17.00, tercatat Pasien Dalam Pengawasan (PDP) menunggu hasil 322 orang, positif 691 warga Kota Semarang, 155 orang dari luar Kota Semarang, totalnya sebanyak 846 pasien positif. Sembuh 1.114 warga Kota Semarang, 225 warga dari Luar Kota Semarang, total sembuh sebanyak 1.339 orang.
“Sedangkan pasien Covid-19 yang meninggal sebanyak 203 warga Kota Semarang, 48 warga dari luar Kota Semarang, total pasien meninggal secara keseluruhan ada 251 orang,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto