SEMARANG (jatengtoday.com) – Satgas Covid-19 menyebut Kota Semarang menduduki peringkat pertama pasien corona terbanyak. Selain itu, Jateng terjadi peningkatan kematian pasien positif Covid-19 hingga lebih dari 100 persen.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo menyebut, angka tersebut muncul karena ada perbedaan data. Dari analisnya, yang membuat beda adalah basic data yang digunakan pemerintah pusat dengan pemerintah yang ada di daerah, khususnya Jateng.
“Soal Kota Semarang menjadi penyumbang Covid-19 terbanyak sebenarnya datanya tidak seperti itu. Jadi ada perbedaan di basic data. Sebenarnya tidak ada yang salah,” terangnya, Kamis (3/9/202).
Untuk itu, lanjutnya, jumlah kasus yang terkonfirmasi di Jateng maupun Kota Semarang sekitar 5.000 pasien. Tapi, pusat mencatat sekitar 7.000 pasien. Menurutnya hal itu disebabkan angka yang diperoleh pusat berdasarkan hitungan tes bukan hitungan orang yang positif.
“Jadi memang ada 2 metode itu dan tidak ada yang salah,” ujarnya.
Pihaknya mengaku tidak begitu mempersoalkan perbedaan data ini. “Karena angkanya benar semua, yang membedakan adalah cara yang dipakai. Di pusat menggunakan hitungan tes dan di daerah memakai hitungan orang,” imbuhnya.
Meski ada dua metode perhitungan, dia mengklaim metode yang paling benar adalah yang dipakai Pemprov Jateng. Metode tersebut merupakan metode yang sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan Indonesia.
“Metode yang dipakai kita yang betul. Menurut pedoman Kemenkes seperti itu, jadi cukup bergejala saja. Efektif dan efisien jadi tidak semuanya dites yang dihitung adalah per orang,” tandasnya. (*)
editor: ricky fitriyanto