in

Ketika Penutupan Lokalisasi Hanya Sekadar “Menutup” Begitu Saja

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pengamat sosial, Paskalis Abner mengungkapkan kekhawatiran atas rencana penutupan Lokalisasi Argorejo atau akrab disebut Sunan Kuning. Terutama untuk penanganan penyebaran virus HIV/AIDS yang membutuhkan pendampingan dan pelayanan secara berkelanjutan.

Apalagi ketika setelah penutupan lokalisasi tersebut tidak diketahui apakah eks pekerja seks melakukan praktik bebas di luar atau tidak. Apabila tetap melakukan praktik prostitusi di luar, seperti di hotel dan lain-lain, maka penyebaran virus HIV/AIDS akan sulit terpantau.

“Dalam penanganan HIV/AIDS, semakin ditemukan kasus baru itu artinya positif. Sebaliknya, apabila praktik prostitusi masih ada, tetapi tidak ditemukan kasus baru, ini yang justru menjadi pertanyaan,” katanya, Selasa (27/11/2018).

Apalagi kalau praktik prostitusi berlangsung secara sembunyi-sembunyi, tentu penyebaran HIV/AIDS tidak bisa dipantau. “Fakta yang terjadi, sebagian besar masyarakat kalau terkena virus tidak membuka diri. Bahkan bisa jadi mereka telah menyebarkan virus tanpa sepengetahuannya,” katanya.

Selain itu, mereka yang dinyatakan positif HIV/AIDS membutuhkan penanganan khusus, sarana-prasarana, serta pelayanan kapanpun secara gratis dan mudah. “Pemerintah harus mengkaji secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak. Sehingga bisa membuat analisis dengan baik. Bukan sekadar menutup lokalisasi. Langkah-langkah apa saja setelah lokalisasi ditutup harus benar-benar dipersiapkan serius,” katanya.

Pemerintah perlu melibatkan sejumlah pihak seperti aktivis yang selama ini melakukan pendampingan. “Semua aspek harus dibahas, sosial, ekonomi, spiritual, kesehatan, kemungkinan penyebaran HIV, hingga dampak yang dimungkinkan terjadi,”

Sedikitnya ada tiga hal yang selama ini dilakukan terkait penanganan HIV/AIDS dari program pemerintah maupun donor luar negeri melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tiga hal tersebut yakni pencegahan, penanggulangan, dan penanganan kesehatan supaya virus tidak menyebar.

“Supaya tidak muncul kasus baru, atau sebaliknya sesegera mungkin bisa ditemukan apabila ada kasus baru. Sehingga bisa dilakukan langkah penanganan dan pendampingan intensif,” bebernya.

Kalau tiga hal tersebut bisa dilakukan terpadu dan murni didasari rasa kemanusiaan untuk membangun kehidupan yang sehat dan sejahtera, tentu akan mudah ditanggulangi. “Tetapi kalau rencana penutupan lokalisasi ini hanya sekadar ‘menutup’ begitu saja, saya rasa akan sangat kesulitan,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto