SEMARANG (jatengtoday.com) – Pendangkalan Kali Beringin yang membentang di bagian barat Kota Semarang kian kritis. Hampir setiap musim hujan tiba, masyarakat sekitar harus menjadi korban banjir akibat luapan Kali Beringin. Air merendam sejumlah rumah, sawah, hingga menggenangi Jalur Pantura. Terutama di wilayah Mangkang.
Terakhir pada Selasa (4/2/2020) lalu, Jalur Pantura di wilayah tersebut tenggelam. Akibatnya arus lalu-lintas Semarang-Kendal terputus total selama beberapa jam. Kali Beringin yang mengalami pendangkalan parah ini sebetulnya telah lama direncanakan normalisasi oleh pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), yakni sejak 2015/2016. Namun hingga sekarang belum terealisasikan.
Pembebasan lahan yang ditugaskan ke Pemkot Semarang berjalan alot dan lamban. Beberapa bidang tanah yang tak kunjung selesai dibebaskan mengakibatkan rencana normalisasi Kali Beringin tak segera terealisasikan.
“Saat ini, pembebasan lahan yang terkena proyek normalisasi Kali Beringin ini sudah rampung semuanya. Pembebasan lahan dibagi dua tahap, tahap pertama dilakukan 3 tahun lalu, dan sisanya 9 bidang lahan tahun ini sudah dibebaskan,” kata Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman, Rabu (5/2/2020).
Kadarlusman meminta pemerintah pusat segera melakukan normalisasi Kali Beringin. Sebab, kondisi Kali Beringin sangat mengkhawatirkan. Setiap memasuki musim penghujan, kali kerap meluap hingga menyebabkan banjir di sekitar wilayah Mangkang dan Ngaliyan.
“Selain melimpas ke badan Jalan Pantura Semarang- Kendal, air dari luapan Kali Beringin juga masuk ke rumah-rumah warga,” katanya.
Normalisasi Kali Beringin adalah satu-satunya cara untuk mengatasi banjir di wilayah Mangkang dan sekitarnya. Sebab, kondisi Kali Beringin semakin dangkal dan sempit. “Sungai tersebut tidak mampu menampung volume air saat musim hujan. Dampaknya air sungai meluap,” katanya.
Begitupun banjir pada Selasa lalu, limpasan air dari Kali Beringin merendam Jalur Pantura. Aktivitas warga terganggu karena lalu-lintas terputus. Meski begitu, banjir kali ini tidak separah tahun 2010 silam yang menimbulkan korban jiwa. “Maka kami meminta agar Kementerian PUPR segera untuk melakukan normalisasi Kali Bringin pada tahun 2020 ini juga. Pemkot Semarang telah menyelesaikan pembebasan lahan,” katanya.
Salah satu warga, Febriyani, mengatakan banjir di wilayah Mangkang telah menjadi langganan setiap tahun. “Banjir kemarin mencapai ketinggian 40 centimeter, tentu saja membuat aktivitas warga terganggu. Jalur Pantura macet total beberapa jam. Akibatnya, para pengendara mencari jalur alternatif. Jalan kampung dipenuhi pengendara karena jalur pantura tidak bisa dilalui,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto