MAGELANG (jatengtoday.com) – Borobudur Marathon yang digelar di Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Minggu (17/11/2018) menerapkan aturan baru. Peserta yang tidak bisa melewati garis finis setelah waktu yang ditentukan, tak berhak mendapatkan medali.
Race Director Borobudur Marathon 2018, Andreas Kansil menjelaskan, peserta marathon harus serius berlari untuk mendapatkan medali. Sebab pada event lari tahunan kali ini menerapkan aturan Cut off Point (COP). Artinya, ada batasan waktu yang harus ditempuh peserta untuk menyelesaikan trek.
“Karena itu, di Borobudur Marathon 2018 ini, sejak awal kami sosialisasikan ke para peserta, kalau full marathon batas waktunya 7 jam, lalu half marathon maksimal 4 jam, sementara 10K batasnya 2 jam,” ujarnya, Sabtu (17/11/2018).
Apabila peserta yang tidak mampu mencapai COP dalam jangka waktu yang telah ditentukan, akan diangkut menggunakan shuttle. Semua peserta yang kena cut-off time dan cut-off point dinyatakan tidak menyelesaikan lomba dan tidak berhak mendapatkan medali penamat, ataupun kaus penamat.
Aturan itu sengaja diterapkan sebagai upaya Borobudur Marathon masuk dalam World Marathon Major (WMM). Ketua Yayasan Borobudur Marathon, Liem Chie An mengaku optimistis bisa menembus WMM pada lima tahun mendatang. Setara dengan Berlin, Boston dan Tokyo Marathon pada lima tahun ke depan.
Karena itu, mulai saat ini berbagai persiapan dilakukan mulai dari pelaksanaan hingga jalur lintasan yang sesuai dengan standard internasional.
“Saya kira baru lima tahun ke depan baru bisa terwujud dengan dukungan stakeholder terkait khususnya pemerintah daerah,” ujarnya.
Terkait dengan internasionalisasi Borobudur Marathon tersebut, pihaknya sudah melakukan survei ke Tokyo pada saat pelaksanaan Tokyo Marathon, beberapa waktu lalu. Di sana event tersebut diikuti 40 ribu peserta dan ada beberapa persyaratan ketat yang harus dipenuhi, salah satunya harus siaran langsung di televisi.
“Perputaran ekonomi juga sangat luar biasa seperti penjualan merchandise. Kami optimistis di Borobudur juga bisa setara dengan mereka,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Urip Sihabudin menilai, Borobudur Marathon menjadi faktor penting menarik wisatawan mancanegara (wisman).
“Malaysia dan Singapura banyak mengikuti acara ini. Dan grafik wisman, sementara ini dua negara itu yang paling tinggi kunjungannya ke Jateng,” terangnya. (ajie mh)